IHSG Menguat Terdorong Sektor Energi (27 September 2023)

Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup parkir di zona hijau dengan penguatan 0,2% atau 14,03 poin menuju level 6.937,83 pada perdagangan Rabu (27/9). Sepanjang perdagangan, indeks komposit bergerak dari level 6.913,35 hingga 6.970,85.

Dyah Ayu Kartika

27 Sep 2023 - 16.46

Data

Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup parkir di zona hijau dengan penguatan 0,2% atau 14,03 poin menuju level 6.937,83 pada perdagangan Rabu (27/9). Sepanjang perdagangan, indeks komposit bergerak dari level 6.913,35 hingga 6.970,85.

Sebanyak 276 saham masih mampu berakhir menguat, 245 saham melemah, dan 232 saham stagnan. Sektor energi memimpin penguatan sebesar 1,53%. Posisinya diikuti sektor properti yang menanjak 0,78%.

Kapitalisasi pasar tercatat berada di posisi Rp10.321,54 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 18,79 miliar unit. Adapun, nilai transaksi tercatat sejumlah Rp10,76 triliun. 

Beberapa saham berkapitalisasi pasar besar yang ikut mendorong laju gerak IHSG, antara lain PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) menguat 1,27% ke 6.000. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) juga naik 1,5% ke 10.125. Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) terdongkrak 0,48% menjadi 5.225.

Dari dalam negeri, Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5% pada 2024. Angkanya sama dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang juga sebesar 5%.

Sementara itu, pergerakan IHSG terjadi di tengah bursa global yang cenderung beragam. Di Asia, indeks Strait Times tercatat melemah 0,54%, Shanghai Composite terkerek 0,16%, Hang Seng naik 0,83%, dan Nikkei 225 menguat 0,18% pada Rabu (27/9) pukul 16.09 WIB. 

Di Amerika Serikat, indeks Nasdaq Composite ditutup tergelincir 1,57%, S&P 500 terkoreksi 1,47%, dan Dow Jones melemah 1,14% pada perdagangan Selasa (26/9).

Pada saat ini, investor masih bergulat dengan prospek suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) yang tinggi dalam jangka panjang dan dampaknya terhadap ekonomi. Selain itu, pelaku pasar khawatir terhadap potensi penutupan sebagian pemerintahan AS pada akhir pekan yang akan merugikan kredit negara tersebut, menurut lembaga pemeringkat Moody's.

Lebih lanjut, menurut data Biro Statistik Nasional (NBS) China, laba industri di Negeri Panda turun 11,7% (yoy) pada Januari-Agustus 2023. Meski demikian, penurunan itu menyempit dibandingkan periode serupa tahun sebelumnya yang sebesar 15,5%.

Hal itu sejalan dengan proyeksi dan diyakini menunjukan pemulihan moderat yang terjadi di beberapa bisnis. Kondisi itu lantaran adanya serangkaian dukungan kebijakan yang mulai menstabilkan perekonomian Negeri Panda. 

(Baca: Pembukaan IHSG 27 Sept 2023: Indeks Berfluktuasi di Awal Dagang)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags