Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat 0,59% dalam sepekan terakhir dibandingkan tujuh hari sebelumnya yang berada di level 7.135,25. Pada perdagangan Jumat (2/9), IHSG juga terpantau menghijau 0,34% atau 24,08 poin secara harian ke level 7.177,18.
Sektor perindustrian menguat paling signifikan hingga 2,21% dalam sepekan. Sektor kesehatan turut meningkat 1,94%.
Sedangkan, sektor teknologi menjadi yang paling ambles hingga 4,91%. Sektor barang konsumen non-primer melemah 1,2%.
Dalam sepekan, volume saham yang diperdagangkan sebanyak 123,2 miliar unit dengan nilai transaksi Rp59 triliun. Lalu, investor asing cenderung masuk ke pasar dengan net foreign buy Rp1,5 triliun di seluruh pasar.
Pelaku pasar cenderung merespons sentimen spekulasi The Federal Reserve (The Fed) yang masih akan tetap agresif menaikkan suku bunga, meski ada ancaman resesi di AS. Gubernur The Fed Jerome Powell menegaskan komitmennya untuk membawa inflasi turun ke 2%.
Pada September ini, The Fed akan kembali mengadakan rapat untuk memutuskan kebijakan moneternya. Pelaku pasar meyakini The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) lagi pada bulan ini.
Dari dalam negeri, isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, yakni Pertalite dan Solar juga memberikan sentimen negatif kepada pasar. Ketika BBM subsidi tersebut naik, maka inflasi akan turut meningkat dan daya beli masyarakat menurun. Pertumbuhan ekonomi pun akan kena imbasnya.
Isu kenaikan BBM subsidi semakin menguat setelah pemerintah menggelontorkan bantuan sosial senilai Rp24 triliun. Pada Rabu (31/8), Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi memulai program pembagian bantuan langsung tunai (BLT) tersebut.
Selain itu, pasar dalam negeri merespons rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) melandai atau deflasi sebesar 0,21% (month-to-month/mtm) pada Agustus 2022. Namun, masih terjadi inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 4,69% pada bulan lalu.