Indeks Obligasi Indonesia (ICBI) Lanjut Turun, 6 September 2023

Indeks obligasi komposit Indonesia (Indonesia Composite Bond Index/ICBI) melanjutkan pelemahan pada penutupan perdagangan Rabu (6/9). Pada saat yang sama, nilai mata uang rupiah dan laju dolar AS bergerak terbatas.

Sarnita Sadya

7 Sep 2023 - 10.20

Data

Indeks acuan obligasi Indonesia atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) lanjut melemah pada penutupan perdagangan Rabu (6/9). Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), ICBI ditutup turun 0,22% atau 0,80 poin ke level 368,65.

Indeks obligasi komposit tersebut melanjutkan lajunya dari perdagangan sehari sebelumnya yang ditutup turun 0,17% atau 0,61 poin pada 5 September 2023. Sebelumnya, indeks obligasi komposit sempat reli selama 12 hari perdagangan beruntun dengan akumulasi kenaikan 1,15% atau 4,24 poin pada 23 Agustus - 3 September 2023.

Jika dilihat pergerakan sepanjang bulan ini (month to date/mtd), pergerakan ICBI terpantau turun 0,23%. Sementara secara tahun berjalan (year to date/ytd) hingga 6 September 2023, lajunya naik 6,92% dan secara tahunan (year on year/yoy) menguat 9,75%.

Penurunan indeks acuan obligasi Indonesia pada perdagangan Rabu (6/9) tersebut juga sejalan dengan penguatan kinerja return obligasi pemerintah dan korporasi.

Tercatat, indeks obligasi negara (INDOBeX Government Total Return/INDOBeXG-TR) turun 0,23% atau 0,82 poin ke level 360,89 pada perdagangan Rabu (6/9). Pergerakannya juga terpantau turun 0,25% sepanjang bulan berjalan (mtd), tetapi tumbuh 7,02% sepanjang tahun berjalan (ytd), dan menguat 9,89% secara tahunan (yoy).

Kondisi yang sama juga terjadi pada indeks obligasi korporasi (INDOBeX Corporate Total Return/INDOBeXC-TR) yang tertekan 0,05% atau 0,20 poin ke level 414,09 pada waktu perdagangan yang sama. Meski demikian, laju INDOBeXC-TR terpantau naik 0,06% sepanjang bulan berjalan (mtd), tumbuh 5,57% sepanjang tahun berjalan (ytd), dan menguat 7,93% secara tahunan.

Adapun pergerakan ICBI ini terjadi di tengah nilai mata uang rupiah dan laju dolar AS yang terbatas pada penutupan perdagangan Rabu (6/9). Tercatat, mata uang Garuda tersebut melemah 0,09% dari Rp15.247/US$ pada penutupan Selasa (5/9) menjadi Rp15.260/US$ pada penutupan Rabu (6/9).

Sementara indeks dolar AS terpantau naik 0,06% ke level 104,821 pada penutupan perdagangan yang sama, atau mencapai level tertinggi baru sejak perdagangan Selasa (5/9) yang berada di level 104,763.

Melansir Reuters, penguatan dolar AS terjadi setelah data sektor jasa AS secara tak terduga menunjukkan penguatan pada Agustus. Investor pun masih menaruh kepercayaan mereka pada perekonomian AS yang masih tangguh bahkan di tengah prospek pertumbuhan global yang suram. Adapun kuatnya data sektor jasa di Negeri Paman Sam kembali meningkatkan spekulasi pasar bahwa suku bunga The Fed berpotensi lebih tinggi dan lebih lama.

Dalam laman resminya, PHEI menjelaskan bahwa Indonesia Bond Indexes atau INDOBeX merupakan indikator untuk mengukur pergerakan dan perkembangan harga ataupun yield obligasi. 

Indeks ini dapat dijadikan acuan untuk menggambarkan tren pergerakan pasar obligasi secara umum. INDOBeX mencakup seluruh obligasi berdenominasi Rupiah yang diterbitkan oleh Pemerintah maupun oleh pihak korporasi baik yang berupa obligasi konvensional maupun sukuk.

INDOBeX-Government adalah indeks obligasi berdenominasi rupiah yang diterbitkan oleh pemerintah baik obligasi konvensional maupun sukuk. Sementara INDOBeX-Corporate adalah indeks obligasi berdenominasi rupiah yang diterbitkan oleh korporasi baik obligasi konvensional maupun sukuk. 

Adapun TR atau total return menggambarkan pergerakan tingkat pengembalian (rate of return) keseluruhan obligasi yang dihitung berdasarkan kenaikan/penurunan harga obligasi, akumulasi perolehan bunga berjalan (accrued interest) dan perolehan kupon tahunan yang reinvestasikan kembali.

(Baca: Indeks Obligasi Indonesia (ICBI) Berbalik Turun, 5 Sept 2023)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags