Laju 8 Saham Big Caps Usai IHSG Cetak Rekor 2023 Berjalan dan Jelang Window Dressing

Laju pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar menarik untuk dicermati. Terlebih setelah IHSG sempat menyentuh rekor tertinggi 2023 berjalan dan menjelang momentum window dressing pada akhir tahun. Berikut ulasan laju 8 saham berkapitalisasi pasar terbesar.

Sarnita Sadya

29 Nov 2023 - 15.10

Data

Laju pergerakan saham emiten berkapitalisasi besar menarik untuk dicermati. Pasalnya, perubahan yang terjadi pada saham-saham tersebut dapat berdampak besar pada laju indeks harga saham gabungan (IHSG).

Hingga penutupan perdagangan kemarin, Selasa (28/11), indeks bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang 2023 berjalan ke level 7.041,07. Salah satunya ditopang oleh kenaikan saham-saham berkapitalisasi besar (big caps).

Namun, pada pertengahan sesi II, IHSG berbalik melemah 0,21% ke level 7.026,55 pada pukul 14.50 WIB. Pelemahan IHSG juga terjadi seiring dengan laju saham-saham big caps yang putar arah ke zona merah.

Meskipun masih berfluktuasi, IHSG mulai menunjukkan sinyal bullish dalam perdagangan beberapa waktu terakhir. Hal ini pun membuat peluang window dressing kembali terbuka. Di tengah momentum ini, DataIndonesia.id menghimpun data pergerakan delapan saham berkapitalisasi pasar terbesar big caps.

Dari delapan emiten, tercatat secara harian ada empat saham yang menguat lebih dari 1%, tiga saham stabil, dan hanya satu saham yang terkoreksi pada penutupan perdagangan kemarin. Namun hingga pertengahan sesi II, sejumlah saham berbalik melemah setelah sempat melanjutkan kenaikan di awal dagang.

(Baca: Data Pembukaan Perdagangan IHSG Hari ini (29 November 2023))

Secara bulanan, delapan emiten dengan market cap tertinggi kompak bergerak di zona hijau. Selanjutnya, sepanjang tahun berjalan hingga penutupan 28 November 2023, hanya satu emiten yang membukukan penurunan saham, sedangkan tujuh emiten lainnya menguat. Lalu dalam setahun terakhir, hanya dua saham yang juga mencatatkan koreksi. Berikut rinciannya.

BREN

Jika dilihat dari laju secara harian, saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) naik paling tinggi diantara 8 besar emiten big caps teratas BEI. Emiten yang baru melantai pada 9 Oktober 2023 itu ditutup naik 5,04% ke level 6.250 pada Selasa (28/11).

Saham dengan kapitalisasi pasar Rp836,16 triliun itu juga melonjak 53,94% secara bulanan dari penutupan perdagangan 27 Oktober 2023. Adapun jika dibandingkan dengan harga IPO pada 9 Oktober 2023, saham milik konglomerat Prajogo Pangestu itu melejit 541,03%. Adapun pada pertengahan sesi II, saham BREN terkoreksi 1,60% ke level 6.150.

TLKM

Kemudian, ada saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang menguat 2,45% secara harian ke level 3.770 pada penutupan perdagangan kemarin. Secara bulanan, laju saham emiten BUMN telekomuniasi itu meningkat 7,71%. Adapun sepanjang 2023 berjalan hingga 28 November 2023, saham TLKM menguat 0,53%. Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, saham dengan market cap Rp373,46 triliun ini lebih rendah 5,28%. Adapun pada pertengahan sesi II, saham TLKM lebih rendah 1,59% ke level 3.710.

AMMN

Selanjutnya, ada saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) yang naik 2,32% secara harian ke level 7.725 pada penutupan perdagangan Selasa (28/11). Emiten yang baru listing pada 7 Juli 2023 itu menguat 15,73% secara bulanan. Adapun jika dibandingkan dengan harga IPO, saham berkapitalisasi pasar Rp560,20 triliun meroket 340,17%. Adapun pada pertengahan sesi II, saham AMMN melemah 0,97%.

TPIA

Lalu, ada saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) yang menguat 1,76% ke level 2.890 pada perdagangan kemarin. Perusaahan dengan market cap Rp250,02 triliun ini naik 2,48% secara bulanan dan melonjak 12,45% sepanjang 2023 berjalan. Sementara dalam serahun terakhir sahamnya melejit 22,98%. Adapun pada pertengahan sesi II, saham TPIA turun 1,73% ke level 2.840.

BBCA

Selanjutnya tiga saham bank berkapitalisasi besar di BEI terpantau stabil secara harian pada perdagangan kemarin. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) tak beranjak dari level 8.875 pada penutupan Selasa (28/11). Meskipun stabil, saham berkapitalisasi pasar Rp1.083,12 triliun ini tercatat tumbuh 2,01% secara bulanan. Lajunya juga naik 3,80% sepanjang 2023 berjalan. Namun, jika dibandingkan dengan 28 November 2022, saham BBCA turun 1,66%. Adapun pada pertengahan sesi II, saham BBCA menguat 0,56% ke level 8.925.

BBRI

Kemudian ada saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang juga ditutup stagnan pada perdagangan kemarin di level 5.350. Meski demikian, saham bank BUMN yang memiliki market cap Rp802,73 triliun tersebut tumbuh 7,00% dalam sebulan dan naik 8,3% sepanjang 2023 berjalan. Laju saham BBRI bahkan melonjak 11,00% dalam setahun terakhir. Adapun pada pertengahan sesi II, saham BBRI terkoreksi 0,47% ke level 5.325.

(Baca: Data 8 Saham Big Caps Teratas saat IHSG Tembus Rekor Tertinggi 2023 Berjalan)

BMRI

Adapun saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) ditutup stabil secara harian di level 5.900 pada penutupan perdagangan Selasa (28/11). Meski demikian, lajunya tercatat tumbuh 3,51% dibandingkan dengan bulan lalu. Saham berberkapitalisasi pasar Rp545,16 triliun itu juga melonjak 18,88% sepanjang 2023 berjalan dan melejit 16,53% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Adapun pada pertengahan sesi II, saham BMRI turun 0,85% ke level 5.850.

BYAN

Sementara itu, secara harian pada perdagangan kemarin, dari delapan besar emiten berkapitalisasi pasar tertinggi hanya saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) yang tercatat melemah 0,39% pada perdagangan kemarin, Selasa (28/11). Namun, jika dilihat secara bulanan, laju saham dengan market cap Rp644,17 triliun ini terpantau tumbuh 1,71% dalam sebulan terakhir. Sementara sepanjang 2023 berjalan turun 7,98% dan melejit 107,46% dalam setahun terakhir. Adapun pada pertengahan sesi II, saham BYAN melemah 0,65% ke level 19.200.

Sebagaimana diketahui, menjelang pergantian tahun seringkali dijadikan momentum bagi para investor untuk menata ulang kembali portofolio investasinya. Momentum memoles kinerja portofolio ini dikenal dengan fenomena window dressing. Adapun sejumlah analis menilai momentum window dressing hingga akhir 2023 masih terbuka lebar.

Mengutip Bisnis.com, terkait peluang window dressing, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai potensi itu dapat dilihat dari data fiskal berjalan Indonesia yang masih sehat, daya beli dan konsumsi yang masih terjaga, pertumbuhan kredit yang masih bertumbuh, serta terjaganya kinerja perusahaan dalam negeri.

Sementara itu, Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas ChangKun Shin menila sentimen terjadinya window dressing juga didapat dari laju rupiah yang mulai cenderung menguat. Adapun dari sisi eksternal, data inflasi Amerika Serikat yang melaju lebih rendah dari perkiraan membuat sinyal dovish dari The Fed terkait arah kebijakan suku bunga semakin kuat.

Selain dari sisi makroekonomi, Direktur Avere Investama Teguh Hidayat memperkirakan window dressing dapat terjadi pada Desember 2023, yang juga ditopang oleh pergerakan sejumlah saham blue chip.

(Baca: Sorotan Pasar: Tantangan Logistik hingga IHSG Pecah Rekor 2023)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags