Lampaui IHSG, Indeks Bisnis-27 Melesat 3,26% Selama April 2023

Sepanjang April 2023, Indeks Bisnis-27 membukukan kinerja cemerlang dengan penguatan sebesar 3,26%, jauh melampaui IHSG yang menguat 1,62% pada periode yang sama.

Dyah Ayu Kartika

1 Mei 2023 - 07.30

Data



Sepanjang April 2023, Indeks Bisnis-27 membukukan kinerja cemerlang dengan penguatan sebesar 3,26%, jauh melampaui IHSG yang menguat 1,62% pada periode yang sama. Indeks Bisnis-27 juga tercatat menghijau dengan kenaikan 3,29% selama 2023 berjalan (year-to-date), lebih tinggi daripada IHSG yang naik 0,95%.

Dari 27 anggota konstituen Indeks Bisnis-27, selama April 2023 tercatat 18 saham berhasil menguat, 1 saham stagnan dan 8 saham lainnya masih parkir di zona merah. 

Deretan saham paling moncer dipimpin oleh saham PT Astra International Tbk. (ASII) yang menguat 12,5% (mtd) ke level 6.750 pada Jumat (24/4). Diikuti saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) yang terkerek 10,81% (mtd) ke posisi 1.025. Lalu ada saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) naik 7,93% (mtd) ke harga 3.130.

Sementara, penghuni indeks yang terkoreksi paling dalam selama April 2023 yakni saham PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) dengan koreksi yang mencapai 25,93% (mtd) menuju level 700 pada Jumat (28/4). Diikuti saham PT XL Axiata Tbk. (EXCL) yang ambles 11,62% (mtd) menjadi di posisi 1.750. Kemudian saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) turut tertekan 8,02% (mtd) ke level 4.590.

Sementara itu, sepanjang April 2023 IHSG menguat 1,62% (mtd), dan sepanjang tahun 2023 berjalan tercatat naik 0,95% (ytd). Selama April 2023, indeks acuan dalam negeri lainnya yakni indeks LQ-45 terlihat mencatat kenaikan 2,57% (mtd) ke level 961,75 dan begitu pun IDX-30 terpantau menghijau 2,61% (mtd) ke level 501,01 per Jumat (31/3).

Selama periode tersebut, tercatat di bursa dalam negeri sebanyak 356,2 miliar lembar saham diperdagangkan dengan nilai mencapai Rp206,5 triliun. Investor asing pun cenderung masuk ke pasar dengan nilai net foreign buy di seluruh pasar sebanyak Rp14,85 triliun dan Rp16,42 triliun di pasar reguler.

(Baca: Usai Libur Lebaran IHSG Melejit 1,38% Sepekan)

Rebalancing pada Mei

Bisnis Indonesia bersama tim komite Indeks Bisnis-27 juga telah melakukan evaluasi dan penentuan ulang atau rebalancing anggota konstituen dalam indeks hasil kerja sama harian Bisnis Indonesia dan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) itu.

Indeks Bisnis-27 akan melaju dengan susunan anggota konstituen yang baru terhitung per 2 Mei 2023 hingga 31 Oktober 2023. Rebalancing itu dilakukan agar indeks semakin bertenaga dan melaju lebih kencang lagi dengan susunan yang baru tersebut.

Hasil evaluasi itu, ada tujuh emiten baru yang masuk di jajaran anggota konstituen Indeks Bisnis-27 yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) yang bergerak di sektor barang baku, PT Mitra Adi Perkasa Tbk. (MAPI) yang merupakan emiten sektor barang konsumen non-primer, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang merupakan emiten bergerak di sektor barang konsumen primer.

Selanjutnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) yang berada di sektor energi, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL), dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) yang termasuk di dalam sektor infrastruktur. Selain itu ada pula PT BFI Finance Tbk. (BFIN) yang bergerak di sektor keuangan.

Ketujuh emiten baru tersebut menggantikan posisi PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN), PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR), PT XL Axiata Tbk. (EXCL), dan PT Ciputra Development Tbk. (CTRA).

(Baca: Daftar Konstituen Indkes Bisnis-27 (1 Mei - 31 Oktober 2023))

Sentimen Domestik

Pergerakan bursa sebulan terakhir dibayangi sentimen antara lain dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Indonesia pada Maret 2023 yang secara tahunan (yoy) tercatat sebesar 4,97% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,36. Tingkat inflasi bulanan pada Maret 2023 dilaporkan sebesar 0,18% dan 0,68% sepanjang tahun berjalan.

Kemudian PMI Manufaktur Indonesia dari data Global S&P tercatat meningkat menjadi 51,9 pada Maret 2023 dari semula 51,2 pada bulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan pertumbuhan aktivitas pabrik selama 19 bulan berturut-turut dan laju pada Maret 2023 merupakan yang tertajam sejak September 2022 lalu.

Selanjutnya tercatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2023 yang mencapai US$145,2 miliar atau meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2023 yang sebesar US$140,3 miliar. Peningkatan posisi cadangan devisa pada Maret 2023 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

Pergerakan pasar juga merespons rilis Survei Konsumen Bank Indonesia pada Maret 2023 yang mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.  Hal ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Maret 2023 yang sebesar 123,3. Nilai tersebut lebih tinggi dari 122,4 pada Februari 2023. Selanjutnya Indeks Penjualan Riil (IPR) periode Februari 2023 tercatat sebesar 201,2 atau secara tahunan tumbuh positif sebesar 0,6% (yoy). 

Beberapa katalis dalam negeri lainnya yang membayangi laju IHSG antara lain adanya rilis data neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatatkan surplus selama 35 bulan berturut-turut hingga Maret 2023. Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan Indonesia pada bulan lalu tercatat mengalami surplus US$2,91 miliar. Surplus tersebut terutama berasal dari sektor nonmigas US$4,58 miliar. Namun, nilai itu tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,67 miliar.

Lalu selama April lalu, momentum Lebaran atau Idulfitri dinilai dapat memberi katalis positif sebagai pendorong laju pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat. Dicabutnya pembatasan mobilitas masyarakat untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 mendorong kenaikan aktivitas masyarakat, termasuk dalam berbelanja.

Sentimen Global

Dari kabar global, pasar khawatir langkah Federal Reserve untuk mengendalikan inflasi yang tinggi selama puluhan tahun dapat menyebabkan penurunan yang dalam. Pasar juga berspekulasi bahwa The Fed akan menuntaskan pengetatan moneternya. 

Departemen Tenaga Kerja AS juga menyebutkan bahwa Indeks Harga Konsumen atau inflasi AS pada Maret tercatat 5%, lebih rendah dari 6% pada Februari 2023. Namun, inflasi inti tercatat meningkat menjadi 5,6% pada Maret dari 5,5% pada Februari. Angka tersebut juga masih jauh di atas target inflasi The Fed sebesar 2%.

Di Asia, kabar dari China, PMI The Caixin China General Composite tercatat meningkat menjadi 54,5 pada Maret 2023 dari 54,2 pada bulan sebelumnya. Maret 2023 lalu adalah periode pertumbuhan ketiga berturut-turut dalam aktivitas sektor swasta dan terkuat sejak Juni 2022 lalu, di tengah penghapusan langkah-langkah penanggulangan pandemi yang cukup ketat.

Pada Maret, aktivitas pabrik di Asia dilaporkan cenderung mengurangi produksi di tengah lemahnya permintaan dari pasar negara maju. Kondisi ini menunjukkan bahwa prospek global yang memburuk tetap menjadi penghambat pemulihan kawasan dan membuat para pembuat kebijakan tetap waspada.

Lalu, pasar juga mencermati kebijakan Bank of Japan yang mempertahankan suku bunga sangat rendah. BOJ mempertahankan kebijakan longgar untuk moneternya tetapi mengubah panduannya pada jalur kebijakan di masa depan, dan mengumumkan tinjauan perspektif yang luas dengan kerangka waktu yang direncanakan sekitar satu hingga satu setengah tahun mendatang.

(Baca: (Laporan) Perkembangan Pasar Modal Indonesia Periode Maret 2023)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags