Meski Marak Aksi Beli Asing, IHSG Tertahan di Zona Merah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada penutupan perdagangan Kamis (17/2). Padahal, investor asing masih melakukan aksi beli bersih sebesar Rp639,17 miliar.

Dyah Ayu Kartika

17 Feb 2022 - 17.11

Data

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (17/2). IHSG melemah 0,22% (15,08 poin) dan bertahan di posisi 6.835,12. 

Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak di level terendah 6.790,59 hingga tertinggi 6.859,71. Tercatat, 201 saham menguat, 326 saham melemah, dan 155 saham lainnya stagnan. 

Volume saham yang diperdagangkan sebanyak 28,25 miliar lembar dengan turnover senilai Rp12 triliun. Sektor energi menjadi indeks sektoral yang terkoreksi paling dalam sebesar 0,96%.

Di seluruh pasar, investor asing masih melakukan aksi beli bersih dengan net buy Rp639,17 miliar. Investor asing paling banyak membeli saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dengan net buy senilai Rp170,98 miliar.

Posisinya diikuti oleh saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan net buy sebesar Rp164,4 miliar. Kemudian, asing juga memborong saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dengan nilai beli bersih Rp92,38 miliar.

Saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) pun dikoleksi asing sebanyak Rp89,91 miliar. Ada pula saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan net foreign buy Rp68,74 miliar. 

Sebaliknya, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dilepas asing dengan net sell mencapai Rp84,72 triliun. Disusul oleh saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dengan net foreign sell masing-masing sebesar Rp27,31 miliar dan Rp19,65 miliar.

IHSG menjadi salah satu indeks bursa yang terkoreksi di tengah tren penguatan bursa Asia. Selain IHSG, Indeks Nikkei Jepang dan KLCI Malaysia mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,83% dan 0,04%. 

Sedangkan Indeks KOSPI Korea Selatan memimpin dengan kenaikan sebesar 0,53%. Posisinya diikuti Strait Times Singapura yang mengut 0,35%.

Sentimen yang memberatkan IHSG salah satunya datang dari Amerika Serikat (AS). Dalam FOMC Minutes, The Federal Reserve (The Fed) mengatakan akan secepat mungkin menaikkan suku bunga. 

Hal itu pun berimbas kepada imbal hasil obligasi pemerintah AS menjadi lebih tinggi dari instrumen sejenisnya di Indonesia. Kondisi tersebut juga terindikasi memicu larinya modal dari negara berkembang.

Sentimen juga datang dari NATO yang menuduh Rusia justru sedang memperbanyak jumlah pasukannya di perbatasan Ukraina. Alhasil, belum ada kepastian mengenai akhir ketegangan Rusia dan Ukraina ini.

(Baca: IHSG ke Zona Hijau Senada Bursa Asia)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags