Pembukaan IHSG 21 Sept 2023: Indeks Berfluktuasi di Awal Dagang

IHSG dibuka stagnan, tetapi kemudian berfluktuasi hingga pukul 09.01 WIB. Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan hasil RDG BI. Sementara dari global, pelaku pasar tengah mencerna keputusan kebijakan Federal Reserve termasuk revisi perkiraan dan panduan ekonomi ke depannya.

Gita Arwana Cakti

21 Sep 2023 - 09.04

Data

Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka stagnan di level 7.011,68 pada perdagangan Kamis (21/9). Kemudian indeks sempat menguat ke level 7.021,29 tetapi berbalik melemah 0,10% atau 6,75 poin ke level 7.004,93 pada pukul 09.01 WIB. 

Tercatat sebanyak 172 saham berhasil menguat, 125 saham melemah, dan 212 saham stagnan. Kapitalisasi pasar pagi ini tercatat berada di posisi Rp10.392,32 triliun. Sebelumnya, IHSG ditutup menguat 0,45% atau 31,36 poin menyentuh level 7.011,68.

Dari dalam negeri, pelaku pasar tengah menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia terkait kebijakan suku bunga acuannya yang akan diumumkan pada hari ini. Mengutip Bisnis Indonesia, sejumlah analis memperkirakan BI akan kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%.

Kondisi inflasi yang relatif stabil dalam batas acuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 diyakini sebagai salah satu faktor yang mendasari kebijakan tersebut.

Sementara itu, bursa global terpantau bergerak turun. Di Asia, indeks Strait Times tercatat melemah 0,79%, indeks Shanghai Composite turun tipis 0,08%, indeks Hang Seng terkoreksi 0,78%, dan indeks Nikkei 225 melemah 0,95% pada pukul 08.55 WIB. Di Amerika Serikat, indeks Nasdaq Composite ditutup jatuh 1,53%, indeks S&P 500 terkoreksi 0,94%, dan Dow Jones melemah 0,22% pada perdagangan Rabu (20/9).

(Baca: IHSG Kembali Tembus 7000 (20 September 2023))

Bursa AS melemah setelah Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga utama dan merevisi proyeksi ekonomi lebih tinggi. The Fed juga mempertahankan sikap hawkish dengan mengingatkan bahwa perjuangan melawan inflasi masih jauh dari selesai.

Pengumuman The Fed pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari WIB disertai dengan Ringkasan Proyeksi Ekonomi dan dot plot, yang memperkirakan adanya kenaikan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin tahun ini, dan mencapai puncaknya pada kisaran 5,50%-5,75%.

Sementara itu, Ringkasan Proyeksi Ekonomi menyerukan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada tahun depan. Proyeksi yang diperbarui melihat tingkat suku bunga The Fed (Fed Fund Rate) akan turun tipis menjadi 5,1% pada akhir tahun depan, dan akan menjadi 3,9% pada akhir 2025.

Sejak The Fed mulai melakukan pengetatan pada Maret, inflasi inti mulai mereda. Namun penurunan perlahan menuju target bank sentral sebesar 2% berjalan lambat dan tidak merata. Ringkasan Proyeksi Ekonomi juga memperkirakan inflasi akan turun menjadi 3,3% pada akhir tahun, dan mendekati target rata-rata tahunan bank sentral sebesar 2%.

Pada konferensi pers berikutnya, Ketua The Fed Jerome Powell mempertegas proyeksi ekonomi yang lebih baik sambil mengingatkan bahwa perjalanan inflasi masih panjang sebelum mencapai target tersebut.

Adapun di pasar Asia, pelaku pasar masih mencerna keputusan kebijakan Federal Reserve termasuk revisi perkiraan dan panduan ekonomi ke depannya. Sementara itu, selain Bank Indonesia, bank sentral Filipina dan Taiwan juga diperkirakan mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya. Selanjutnya investor menantikan pernyataan kebijakan sebagai petunjuk mengenai pergerakan di masa depan.

(Baca: Data Historis Suku Bunga Acuan The Fed)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags