Penguatan Harga Aluminium Dibatasi Tingginya Pasokan di China

Harga aluminium bergerak terbatas pada perdagangan Rabu (6/9) pagi. Kondisi ini terjadi di tengah mulai meningkatnya permintaan aluminium ingot di China. Namun, tingginya persediaan di pasar China dan secara global membatasi kenaikan harga aluminium.

Sarnita Sadya

6 Sep 2023 - 09.34

Data

Harga aluminium bergerak terbatas pada perdagangan Rabu (6/9) pagi. Berdasarkan data di London Metal Exchange (LME), harga aluminium naik tipis 0,02% ke level US$2.192,50/ton pada perdagangan pukul 08.20 WIB.

Harga aluminium menguat setelah bergerak di rentang US$2.192,00/ton-US$2.195,50/ton. Adapun penguatan tersebut berbalik arah dari perdagangan dua hari sebelumnya yang ditutup turun 2,03% pada 4-5 September 2023.

Jika melihat pergerakan sepanjang tahun berjalan, harga aluminium terpantau turun 7,80%. Harganya pun terkoreksi 4,07% dalam satu tahun terakhir.

Pergerakan harga aluminium pada pagi ini terjadi di tengah adanya peningkatan permintaan aluminium ingot di China sebagai konsumen aluminium terbesar dunia. Meski demikian, tingnya persediaan di Negeri Panda dan secara global membatasi penguatan harga aluminium. Prospek ekonomi China dan gejolak ekonomi global juga masih membebani pasar.

Melansir Shanghai Metal Market (SMM), aluminium ingot yang keluar dari enam pasar utama China mencapai 106.700 metrik ton (mt) per Minggu (3/9). Jumlah tersebut lebih banyak 900 mt dari minggu sebelumnya yang sebanyak 105.800 mt.

Sementara, persediaan aluminium billet di China melonjak 10.400 mt dari minggu sebelumnya yang sebanyak 69.600 mt. Per Senin (4/9), China memiliki inventaris aluminium billet yang mencapai 80.000 mt.

Sebelumnya, LME juga menyebutkan bahwa persediaan aluminium di gudang yang terdaftar di London Metal Exchange naik ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan pada Agustus setelah arus masuk sebesar 38,725 metrik ton ke Korea Selatan.

Logam tersebut, yang tiba di fasilitas penyimpanan di pelabuhan Gwangyang, meningkatkan total persediaan LME sebesar 8% menjadi 529,775 metrik ton atau tertinggi sejak 12 Juli. Meningkatnya persediaan logam tersebut mencerminkan bahwa pasar masih memiliki kelebihan logam.

Adapun dari sisi makro, pasar masih mencermati dampak sejumlah stimulus yang dilakukan China untuk kembali mendorong ekonominya. Melansir Reuters, optimisme pasar terhadap China juga masih rapuh. 

Terlebih setelah laporan PMI Caixin pada Selasa menunjukkan bahwa aktivitas jasa Negeri Panda pada Agustus berkembang pada laju paling lambat dalam delapan bulan. Pasar melihat permintaan yang cenderung lesu terus menghambat perekonomian sementara stimulus yang diberikan belum optimal menghidupkan kembali konsumsi secara signifikan. Selain itu pasar juga masih mencermati langkah The Fed terkait kebijakan suku bunga acuannya.

(Baca: Harga Aluminium Menguat, Terkerek Pertumbuhan Permintaan China)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags