Penguatan Tujuh Sektor Belum Dapat Angkat IHSG dari Zona Merah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada penutupan perdagangan Selasa (27/9). Penguatan tujuh sektor masih belum dapat mengangkat IHSG dari zona merah.

Haratwadi Handoko

27 Sep 2022 - 19.17

Data

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada penutupan perdagangan Selasa (27/9). IHSG ditutup turun 0,21% atau 15,05 poin ke level 7.112,45. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak di rentang harian 7.075,65 hingga 7.133,41.

Penguatan tujuh sektor masih belum dapat mengangkat IHSG dari zona merah. Tercatat sektor energi memimpin penguatan sebesar 1,38% ke level 1.938,67. 

Sementara, lima sektor lainnya mengalami pelemahan. Sektor barang baku paling tertekan hingga 0,96% ke level 1.271,87. Posisinya diikuti sektor keuangan yang juga turun 0,34% ke level 1.503,28. 


Sektor Energi

Indeks sektor energi paling perkasa lantaran melejit 1,38% atau 26,31 poin ke level 1.938,67 pada akhir perdagangan Selasa (27/9). Indeks menguat setelah bergerak di rentang 1.905,49-1.944,95.

Sejumlah saham yang ikut menopang sektor energi, antara lain PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) melambung 5,36% atau 70 poin ke level 1.375, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) naik 4,29% atau 75 poin ke level 1.825, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) menguat 2,94% atau 50 poin ke level 1.750.

Emiten distribusi minyak dan bahan kimia dasar PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) berencana membuka 40-50 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) BP-AKR pada 2023. Saat ini, SPBU BP-AKR telah hadir di 33 lokasi di Jabodetabek dan Surabaya serta beberapa ruas jalan tol.

Sebagai informasi, AKRA memasuki bisnis distribusi BBM secara eceran sejak tahun 2010 atas penunjukan pemerintah Indonesia untuk mendistribusikan BBM bersubsidi. Sejak 2018, AKRA menjalin kerja sama dengan BP untuk SPBU nonsubsidi di bawah ritel BP-AKR di berbagai lokasi di Jawa.

Untuk mendukung rencana ini, Direktur AKR Corporindo Suresh Vembu Suresh menuturkan, pihaknya menganggarkan belanja modal Rp150 miliar-Rp180 miliar pada 2022. Ke depan, banyak investasi AKRA yang dapat dimonetisasi seperti kawasan industri JIIPE. Dia juga menegaskan AKRA tidak memerlukan banyak utang untuk melakukan investasi.


Sektor Barang Baku

Indeks sektor barang baku paling tertekan hingga 0,96% atau 12,34 poin ke level 1.271,87 pada akhir perdagangan Selasa (27/9). Indeks terjatuh setelah bergerak di rentang 1.259,05-1.284,21.

Sejumlah saham yang ikut menekan sektor barang baku, antara lain PT Citra Tubindo Tbk. (CTBN) turun 3,22% atau 55 poin ke level 1.655, PT Alakasa Industrindo Tbk. (ALKA) drop 1,38% atau 4 poin ke level 286, dan PT Pelat Timah Nusantara Tbk. (NIKL) melemah 1,27% atau 10 poin ke level 775.

PT Citra Tubindo Tbk. (CTBN) membukukan kinerja yang menurun pada kuartal I/2022. Tercatat pendapatan Citra Tubindo senilai US$15,29 juta atau sekitar Rp222 miliar pada kuartal I/2022. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2021 senilai US$17,26 juta.

President Director Citra Tubino Fajar Wahyudi mengatakan, menurunnya kinerja perseroan tak lepas dari turunnya pendapatan ekspor hingga 38,45% (yoy) dari US$85,58 juta menjadi US$52,68 juta pada 2021. Di sisi lain, pendapatan pasar domestik naik 1,21% (yoy) dari US$40,61 juta menjadi US$41,10 juta.

Sepanjang tahun lalu, CTBN mencetak pendapatan sebesar US$93,78 juta atau setara Rp 1,36 triliun. Jumlah itu menurun dari tahun 2020 yang sebesar US$126,19 juta. 

Pendapatan terbesar pada tahun lalu berasal dari penjualan bahan pipa, jasa pemrosesan pipa, dan aksesoris pipa senilai US$90,39 juta. Kemudian, pendapatan jasa pengangkutan sebesar US$3,15 juta dan sisanya berasal dari jasa dukungan teknik.

Sebagai catatan, kinerja CTBN terdampak oleh faktor eksternal, seperti kenaikan harga bahan baku mentah serta keadaan logistisk dunia yang masih menghadapi tantangan pada saat ini. Sementara, Fajar melihat adanya tren pemulihan ekonomi dunia, khususnya karena harga minyak diproyeksikan terus meningkat. 

CTBN juga optimistis nilai tambah industrialisasi akan menjadi keunggulan kompetitif perseroan. Meski begitu, masih ada tantangan perekonomian imbas konflik geopolitik Rusia-Ukraina.


Sektor Keuangan

Indeks sektor keuangan turut menjadi pemberat utama IHSG dengan ditutup anjlok 0,34% atau 5,06 poin ke level 1.503,28 pada akhir perdagangan Selasa (24/9). Indeks anjlok setelah bergerak di rentang 1.491,59-1.509,84.

Sejumlah saham yang ikut membebani indeks sektor keuangan, antara lain PT Bank Jago Tbk. (ARTO) drop 2,44% atau 175 poin ke level 7.000, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) melemah 2,26% atau 35 poin ke level 1.515, dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 1,48% atau 125 poin ke level 8.300.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memutuskan untuk menaikkan suku bunga penjaminan rupiah di bank umum dan BPR sebesar 25 basis poin serta simpanan dalam valas sebesar 50 basis poin. Dengan keputusan ini, maka tingkat bunga yang dijamin bank umum untuk mata uang rupiah menjadi 3,75%, sedangkan untuk valas sebesar 0,75%. Adapun untuk bank perkreditan rakyat (BPR), tingkat bunga yang dijamin untuk rupiah naik menjadi 6,25%.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, tingkat bunga penjaminan tersebut akan berlaku untuk periode 1 Oktober 2022 hingga 31 Januari 2023. Lebih lanjut, LPS terus memantau perkembangan dan respons suku bunga simpanan perbankan. Pihaknya juga terus berupaya menjaga sinergi kebijakan lintas otoritas moneter dan fiskal.

(Baca: IHSG Kembali Terkoreksi, Nada Hawkish The Fed Masih Bebani Pasar)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags