Sorotan Pasar 13 Sep 23: Alokasi PMN BUMN hingga Gejolak Rupiah

Tambahan PMN BUMN, pendanaan korporasi, kinerja mata uang, pengelola ibu kota negara, instrument investasi baru, hingga aksi korporasi beberapa emiten menghiasi pemberitaan di sejumlah media massa hari ini.

Theresia Gracia Simbolon

13 Sep 2023 - 09.53

Data

Laju pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) tak hanya dipengaruhi oleh sisi teknikal saja tetapi juga oleh sentimen dalam dan luar negeri.

Kebijakan ekonomi dan moneter serta dinamika politik sejumlah negara hingga aksi korporasi sejumlah perusahaan menjadi hal-hal yang juga tak luput dari sorotan pasar.

Berdasarkan pantauan DataIndonesia.Id, berikut ini perkembangan pasar modal hingga aksi korporasi yang turut menghiasi pemberitaan di sejumlah media massa.

Dosis Ringan Injeksi BUMN

Tambahan likuiditas bakal kembali mengaliri kantong sejumlah korporasi pelat merah. Pasalnya, pemerintah telah memutuskan untuk menambah alokasi penyertaan modal negara (PMN) kepada badan usaha milik negara (BUMN), baik untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 maupun Rancangan APBN 2024. Keputusan itu tak lepas dari peran penting BUMN dalam mewujudkan berbagai proyek strategis yang digadang-gadang turut mengakselerasi ekonomi nasional.

Mengacu pada postur fiskal tahun ini, pemerintah mengajukan tambahan PMN senilai Rp4,51 triliun untuk tiga perusahaan yakni PT Asuransi Jiwa IFG, PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau Injourney, dan PT Bina Karya. Sementara itu, emiten kontraktor BUMN, meraih pertumbuhan nilai kontrak baru (NKB) hingga Agustus 2023 meskipun selektif dalam mengikuti tender proyek. Farid Budiyanto, Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), menyampaikan perseroan memperoleh kontrak baru sebesar Rp24,5 triliun sepanjang 8 bulan 2023.

Pertumbuhan NKB yang signifikan juga diraih oleh PT PP (Persero) Tbk. (PTPP). Sekretaris Perusahaan PTPP Bakhtiyar Efendi mengungkapkan perseroan meraup kontrak baru senilai Rp22,5 triliun sampai dengan akhir Agustus 2023. Sementara itu, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) membukukan per­olehan kontrak baru sebesar Rp15,41 triliun hingga Juli 2023.

Sumber: Bisnis Indonesia

Emiten Pilih Opsi Kredit Bank

Sejumlah emiten menandatangani perjanjian dan menarik fasilitas kredit perbankan pada kuartal III/2023 yang mayoritas digunakan untuk mendanai rencana ekspansi melalui belanja modal dan investasi, hingga modal kerja. Teranyar, PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) menandatangani perjanjian kredit dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) senilai Rp750 miliar. Pada kuartal III/2023, ASSA juga menandatangani perjanjian kredit dengan BCA senilai total Rp500 miliar dan dengan Bank of China (Hong Kong) Limited Cabang Jakarta atas fasilitas perbankan term loan Rp200 miliar.

PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) mendulang fasilitas kredit senilai US$33 juta untuk mendanai akuisisi Asia Medical Enviro Services (AMES). PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank DBS Indonesia menjadi bagian dari book runner dan lead arrangers dalam penyaluran kredit tersebut. Di sektor kontraktor minyak dan gas, Direktur Utama PT Sunindo Pratama Tbk. (SUNI) Willy Johan Chandra menyampaikan anak usaha perseroan telah menandatangani perjanjian kredit dengan PT Bank Hibank Indonesia.

Fasilitas kredit bernilai jumbo juga ditandatangani oleh emiten Grup Salim, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET). Perseroan memperoleh fasilitas term loan 2 dari Bank Mandiri pada 22 Agustus 2023 dengan limit kredit maksimal Rp4 triliun dengan suku bunga 8,5% per tahun dan tenor 60 bulan.

Sumber: Bisnis Indonesia

Ketar-Ketir Rupiah Ditekan Faktor Eksternal dan Musiman

Tekanan terhadap kurs rupiah masih berlanjut. Selain faktor eksternal dan musiman, ekonom melihat tren pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh turunnya harga CPO dan kenaikan harga minyak mentah dunia. Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro & Drewya Cinantyan menilai penurunan harga CPO dan kenaikan harga minyak mentah memberikan indikasi negatif bagi neraca perdagangan Indonesia dan prospek rupiah. Indonesia merupakan eksportir CPO dan net importir untuk minyak bumi.

Kemarin harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) berjangka di Bursa Malaysia turun 0,67% ke level 3.688 ringgit per ton. Dalam sepekan, harga CPO telah melorot 5,46% di tengah sentimen kenaikan stok. Di sisi lai harga minyak jenis Brent masih terus reli dan kini diperdagangkan pada kisaran US91 per barel. Dalam sepekan harga minyak Brent telah naik 1,48% dan hampir 7% dalam sebulan terakhir.

Sumber: Bisnis Indonesia

Polemik Bina Karya di Nusantara

Setelah sempat terombang-ambing lantaran tak ada kejelasan, akhirnya pemerintah memberikan perusahaan pelat merah khusus yang langsung bertanggung jawab kepada Otoritas Ibu Kota Nusantara. Akan tetapi, ada beberapa kejanggalan dalam penunjukan perusahaan khusus tersebut. Dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (12/9), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan PT Bina Karya (Persero) akan berubah dari sebelumnya badan usaha milik negara (BUMN) menjadi badan usaha milik otoritas (BUMO).

Sejalan dengan itu, pemerintah pun mengajukan tambahan penyertaan modal negara (PMN) untuk Bina Karya dalam APBN 2023 senilai Rp500 miliar. Meski bertujuan positif, kalangan legislator pun mengkritisi penunjukan Bina Karya sebagai perusahaan pelat merah yang langsung bertanggung jawab kepada Otorita Nusantara. Musahabnya, perusahaan itu selama ini diketahui tidak memiliki rekam jejak, serta kompetensi di bidang telekomunikasi dan infrastruktur dasar.

Sumber: Bisnis Indonesia

Instrumen Investasi Penyerap Likuiditas

Pekan ini, Bank Indonesia bakal meluncurkan instrumen operasi moneter baru bernama Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Ini instrumen dengan aset dasar surat berharga negara (SBN) milik BI dalam mata uang rupiah, sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Menurut BI, instrumen ini jadi salah satu strategi untuk menggenjot aliran modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Selain itu, juga untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan nasional di tengah belum stabilnya perekonomian global. Tetapi instrumen ini juga bisa menjadi sarana investasi. BI akan melelang SRBI pertama kali pada Jumar (15/9). Menurut kalender operasi moneter BI, selanjutnya BI akan kembali melelang instrumen ini pada Rabu (20/9). Dalam lelang perdana nanti, BI akan melepas SRBI dengan jangka waktu 6 bulan, 9 bulan serta 12 bulan.

Sumber: Kontan

 Medco Gelar Aksi Korporasi Beruntun, Sanny Ekspansi Pabrik

PT Medco Energi International Tbk (MEDC) menggelar aksi korporasi beruntun untuk mendongkrak kinerja bisnisnya, mulai dari akuisisi aset di Timur Tengah, membangun proyek pembangkit listrik energi terbarukan, hingga melepas aset di Vietnam. Langkah strategis tersebut mendapat respons positif dari pasar, dan berhasil melambungkan saham MEDC ke level tertinggi tahun ini di posisi Rp1.490 pada penutupan perdagangan Selasa (12/9), setelah sebelumnya dicetak pada 20 Januari di harga Rp1.415.

Dalam perkembangan lain, Sany Heavy Machinery melakukan ekspansi pabrik dengan nilai investasi sebesar US$150 juta atau Rp2,3 triliun. Pabrik tersebut akan memproduksi 5.000 unit eskavator dan 2.000 unit tambang. Ditargetkan pabrik akan mulai beroperasi pada Desember 2024. Selain menyerap tenaga kerja sebanyak 2.000 orang, ekspansi dari produsen asal Tiongkok itu diharapkan dapat membantu proses rebound sektor industri ini semakin cepat. Untuk tenaga kerja, komposisinya adalah 95% tenaga kerja lokal dan 5% tenaga kerja asing.

Sumber: Investor Daily

(Baca: Daftar BUMN yang Terima PMN pada 2022, Ini Rinciannya)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags