Tentang Perusahaan
Bank ini awalnya didirikan dengan nama PT Liman International Bank pada 1990. Izin operasi sebagai bank umum terbit pada 1991.
Pada 8 November 2012 dilakukan perubahan nama menjadi PT Bank Dinar Indonesia. Kemudian sejak 11 Juli 2014, saham perseroan resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham DNAR, sehingga nama perseroan saat itu menjadi PT Bank Dinar Indonesia Tbk (Bank Dinar).
Pada 2018, Bank Dinar resmi diakuisisi APRO Financial Co Ltd (APRO), sebuah institusi keuangan yang berasal dari Korea Selatan. Transaksi akuisisi dilakukan melalui pembelian 77,38% saham Bank Dinar.
Bank Dinar lalu melakukan penggabungan usaha dengan PT Bank Oke Indonesia (Bank Oke) yang juga dimiliki oleh APRO sebesar 99% pada 8 Juli 2019. Dalam proses tersebut, OK! BANK merupakan bank yang menggabungkan diri, sedangkan Bank Dinar sebagai penerima penggabungan (surviving bank). Sejak 26 Agustus 2019, PT Bank Dinar Indonesia Tbk berubah nama menjadi PT Bank Oke Indonesia Tbk.
Kinerja
Pada kuartal lll/2020, Bank Oke Indonesia meraih kinerja positif. Ini tecermin dari laba bersih tahun berjalan bank yang tumbuh signifikan hingga 135,63% dari Rp5,63 miliar menjadi Rp13,27 miliar.
Total aset juga tercatat naik 17,54% menjadi Rp5,31 triliun dengan return on ssset (ROA) sebesar 0,35%. Tingkat kredit bermasalah (NPL) gross sebesar 3,42% dan NPL net 3,10% (net) per September 2020.
Sementara, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun meningkat 31,33% dari Rp2,13 triliun menjadi Rp2,80 triliun. Pendapatan bunga juga tumbuh 2,37%, menjadi Rp310,80 miliar, Sedangkan, beban bunga mengalami penurunan 4,33% dari Rp140,32 miliar menjadi Rp134,24 miliar
Strategi Hadapi Pandemi
Pandemi Covid-19 telah memberi dampak pada industri perbankan, termasuk PT Oke Indonesia Tbk. Sejumlah strategi disiapkan perseroan untuk mempertahankan bisnisnya.
Salah satunya dengan melakukan proses mapping debitur-debitur yang usahanya terdampak Covid-19, Perseroan juga mempercepat proses restrukturisasi, sehingga kualitas kredit debitur dapat tetap dipertahankan lancar.
Di samping itu, bank fokus menyalurkan kredit baru pada industri-industri yang masih memiliki prospek usaha untuk eksis dan berkembang di tengah pagebluk. Beberapa di antaranya berada di sektor farmasi, alat kesehatan, ritel e-commerce, dan telekomunikasi.