Laporan Keuangan Perusahaan

profil perusahaan

DVLA

<h2 id="isPasted"><strong>Tentang Perusahaan</strong></h2><p>PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA) berdiri pada 1976 sebagai perusahaan industri farmasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Pada November 1994, Darya-Varia mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham DVLA. Lalu pada 1995, Darya Varia mengakuisisi PT Pradja Pharin (Prafa). Sebagai entitas induk, perseroan melanjutkan pengembangan bisnisnya di sektor kesehatan di Indonesia. Pada 2014, Prafa menggabungkan diri ke dalam struktur korporasi Darya-Varia. Saat ini, Darya-Varia mengoperasikan dua pabrik yang telah memenuhi standar internasional Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan standar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).</p><p>Produk kapsul gelatin lunak, produk sediaan cair, plester obat, salep, dan krim diproduksi di Pabrik Gunung Putri, yang telah menerapkan Sistem Manajemen Terpadu dan memperoleh sertifikat ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, ISO 45001:2018 dan ISO 22000:2018. Produk injeksi steril dan sediaan padat dalam bentuk tablet dan kapsul diproduksi di Pabrik Citeureup, yang juga telah menerapkan Sistem Manajemen Terpadu dan memperoleh sertifikat ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, ISO 45001:2018, dan SNI ISO/IEC 17025:2017.</p><h2><strong>Strategi</strong></h2><p>Strategi pemasaran Darya-Varia difokuskan pada pendekatan yang sifatnya personal dan melekat ke kondisi emosional konsumen. Merek-merek produk Darya-Varia dengan demikian menjadi semakin dikenal masyarakat luas, sekaligus menjadi pilihan pertama mereka di setiap kesempatan. Kegiatan pemasaran sejak tahun 2022 memadukan kampanye yang intensif pada ranah digital sekaligus kegiatan tatap muka langsung. Kampanye digital difokuskan pada sosialisasi pengetahuan produk dan pola hidup sehat di berbagai jalur dan platform digital, dan dibarengi dengan kolaborasi promosi dengan pelaku e-commerce dan penyelenggara situs telemedicine.</p><p>Seiring meredanya pandemi pada 2022 dan dicabutnya status pandemi, perseroan kembali mengaktifkan kampanye pemasaran produknya secara tatap muka, termasuk dengan melakukan kunjungan ke pihak-pihak terkait di sektor kesehatan, peningkatan kompetensi dokter dan tenaga medis melalui berbagai simposium yang diselenggarakan, serta program edukasi kesehatan secara fisik (luring) di sejumlah lokasi di seluruh Indonesia. Melalui kegiatan semacam ini, perseroan dapat memperdalam pemahaman publik mengenai produk-produknya yang berkualitas unggul, dan menarik konsumen.</p><p>Dalam mengembangkan segmen toll manufacturing dan ekspor, di tengah derasnya tantangan yang dihadapi di pasar global, perseroan melakukan pendekatan ke berbagai pelaku pasar di industri farmasi agar dapat mengupayakan kerja sama yang saling menguntungkan, dengan mempertimbangkan potensi pasar industri farmasi yang masih menjanjikan di Indonesia dan Asia Tenggara.</p><h2><strong>Kinerja</strong></h2><p>Berdasarkan data kinerja keuangan yang dirilis perseroan, pada semester I/2023 perusahaan mampu mencetak pendapatan senilai Rp982,44 miliar. Namun nilai itu turun 9,35% dari raihan periode serupa pada 2022 yang sebesar Rp1,08 triliun. Sejalan dengan hal tersebut, laba bersih yang dikantongi perseroan pun menyusut 43,12% dari Rp169,33 miliar menjadi sebesar Rp96,31 miliar.</p><p>Sementara itu, jumlah aset yang dimiliki perusahaan tercatat masih bertumbuh 4,34% menjadi Rp2,1 triliun pada Juni 2023 dibandingkan sebelumnya yang senilai Rp2 triliun per akhir Desember 2022. Pada periode yang sama, ekuitas perusahaan terpantau naik 6,46% (yoy) menjadi sebesar Rp1,49 triliun dibandingkan sebelumnya yang senilai Rp1,4 triliun.</p><h2><strong>P</strong><strong>rospek</strong></h2><p>Terlepas dari gejolak yang menghambat pertumbuhan industri farmasi sepanjang 2022 lalu, prospek industri ini tetap menjanjikan. Hal ini tercermin dari investasi asing senilai US$4,5 miliar yang diterima industri kimia dan farmasi Indonesia selama 2022. Dengan demikian, industri tersebut masuk ke dalam lima besar sektor dengan nilai investasi tertinggi pada 2022.</p><p>Pasar farmasi di Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Ukurannya diproyeksikan tumbuh secara substansial dari US$7,6 miliar pada 2020 menjadi sekitar US$11 miliar pada 2025, setara dengan CAGR lima tahunan sebesar 7,7%. Permintaan produk kesehatan dan farmasi akan ditopang oleh pertumbuhan konsumen, seiring penduduk Indonesia masuk ke kategori berpenghasilan menengah ke atas, dan semakin tersedianya akses ke layanan kesehatan dan infrastruktur di seluruh negeri.</p><p>Perseroan berkeyakinan bahwa prospek untuk melayani pasar farmasi regional masih luas. Permintaan diperkirakan akan meningkat seiring meredanya pandemi. Untuk terus mengembangkan bisnis, perseroan berupaya membangun kolaborasi dan bahkan mengakuisisi perusahaan farmasi yang penawarannya dapat melengkapi portofolio produk yang luas, serta produk-produk yang karakter dan kapasitasnya dapat memperkuat ekspansi perseroan di masa depan. Pada tahun-tahun mendatang, Darya-Varia berencana untuk memasuki pasar Timur Tengah, dan bekerja sama dengan satu mitra utama untuk memperluas spektrum produk mereka.</p>

PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA) berdiri pada 1976 sebagai perusahaan industri farmasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri).

Profil PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA)

Tentang Perusahaan