Laporan Keuangan Perusahaan

profil perusahaan

JIHD

Jakarta International Hotels & Development Tbk

<h2 id="isPasted"><strong>Tentang Perusahaan</strong></h2><p>Perjalanan bisnis PT Jakarta International Hotels &amp; Development Tbk. bermula pada 7 November 1969. Perseroan didirikan sebagai perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan Akta Pendirian No. 5 tanggal 7 November 1969 dari Soetrono Prawiroatmodjo, S.H., notaris di Jakarta. Pada awalnya, perseroan bernama PT Djakarta International Hotel lalu mengalami perubahan nama menjadi PT Jakarta International Hotels &amp; Development Tbk. dikarenakan <em>go public</em>, dan menjadi perusahaan terbuka sejak 29 Februari 1984 dan menjadi salah satu dari 24 perusahaan yang pertama terdaftar di Bursa Efek Indonesia.</p><p>Keberadaan awal perseroan adalah untuk meneruskan pembangunan Hotel Borobudur Inter-Continental (sekarang dikenal sebagai Hotel Borobudur Jakarta - HBJ) sekaligus mengambil alih kepemilikannya dari pemilik sebelumnya yakni PT Perhotelan Banteng Baru. Pembangunan hotel yang berlokasi di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat selesai pada awal 1974. Pembukaan Hotel Borobudur Inter-Continental secara resmi oleh Presiden Soeharto pada 23 Maret 1974. Hotel Borobudur Inter-Continental mendapat kehormatan sebagai tempat dilangsungkannya konferensi PATA pada April 1974.</p><p>Perseroan menandatangani &ldquo;Perjanjian Pertukaran Saham&rdquo; dengan PT Danayasa Arthatama (Artha Graha Network) pada 1990, dan selanjutnya perseroan menjadi pemegang saham pengendali PT Danayasa Arthatama, perusahaan pengembang dan pengelola Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (Sudirman Central Business District - SCBD) seluas &plusmn; 45 hektar, yang terletak di jantung kota Jakarta, antara Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Jenderal Gatot Subroto dan Jembatan Semanggi. Bisnis usaha perseroan bertambah dengan real estat (mal) bersamaan dengan mulai beroperasinya Pacific Place Jakarta di SCBD pada 2007. Sebelumnya bidang jasa telekomunikasi yang dikembangkan oleh PT Artha Telekomindo telah dikonsolidasikan bersamaan diakuisisinya PT Danayasa Arthatama oleh perseroan.</p><h2><strong>Strategi</strong></h2><p>Daerah pemasaran produk dan jasa perseroan bersama Entitas Anak&nbsp;tidak hanya di Jakarta. Untuk unit usaha perhotelan, selain di Jakarta,&nbsp;juga terdapat di Cipanas, Jawa Barat dan Kuta, Bali. Entitas Cucu PT&nbsp;Artha Telekomindo yang bergerak di jasa telekomunikasi memiliki&nbsp;berbagai Points of Presence (PoP), bekerja sama dengan mitra lokal&nbsp;di berbagai kota besar di Indonesia.</p><p>Ketika masa pandemi Covid-19, strategi dan kegiatan pemasaran JIHD menyesuaikan dan beradaptasi dengan berbagai kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat dan operasional, serta dengan situasi perekonomian menuju pemulihan. Pada situasi dan kondisi yang belum sepenuhnya terlepas dari pandemi Covid-19 saat ini, efisiensi biaya dilakukan terhadap aktivitas pemasaran. Kegiatan pemasaran lebih banyak difokuskan pada pengembangan digital marketing (website, apps dan media sosial), melakukan pemasaran Business to Business (B-to-B), melakukan diversifikasi pemasaran (<em>cashback&nbsp;</em>program, <em>rental guarantee</em>, dan lainnya).</p><h2><strong>Kinerja</strong></h2><p>Berdasarkan data kinerja keuangan yang dirilis perseroan, per Juni 2023 perusahaan mampu mencetak pendapatan usaha senilai Rp685,37 miliar. Nilai tersebut meningkat 19,92% dari raihan periode serupa pada 2022 yang sebesar Rp571,51 miliar. Sejalan dengan hal itu, perseroan mampu membalikkan kerugian sebesar Rp8,04 miliar per Juni 2022 menjadi untung sebesar Rp18,43 miliar per Juni 2023.</p><p>Sementara itu, aset yang dimiliki perusahaan terpantau meningkat 3,68% menjadi Rp6,82 triliun per akhir Juni 2023 dibandingkan sebelumnya yang senilai Rp6,58 triliun per akhir Desember 2022. Pada periode yang sama, ekuitas perusahaan tercatat mengalami pertumbuhan 0,53% menjadi sebesar Rp3,54 triliun dibandingkan semula yang senilai Rp3,52 triliun.</p><h2><strong>P</strong><strong>rospek</strong></h2><p>Perseroan telah memperhitungkan&nbsp;kemungkinan berbagai kondisi ketidakpastian secara ekonomi mikro&nbsp;dan secara operasional.&nbsp;Di tengah pemulihan ekonomi Indonesia yang masih dibayangi&nbsp;gejolak ekonomi global, ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2023&nbsp;dan masa mendatang,&nbsp;diharapkan tetap dapat tumbuh dan tetap kuat. Tantangan&nbsp;pemulihan ekonomi nasional masih&nbsp;cukup&nbsp;berat, ketidakpastian-ketidakpastian&nbsp;dari eksternal (gelojak ekonomi global yang masih&nbsp;berlanjut) berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di&nbsp;dalam negeri.</p><p>Secara operasional perseroan, menjelang tahun politik, tetap merupakan tahun yang tidak mudah untuk keberlanjutan pertumbuhan usaha perseroan yang telah kembali di jalur positif setelah terpuruk dalam dua tahun pandemi Covid-19. Kendati tidak mudah, tetapi diyakini bahwa bisnis perseroan akan terus tumbuh selama tidak ada kebijakan-kebijakan pembatasan seperti yang ada selama pandemi Covid-19. Sebagian besar dari keberlangsungan bisnis perseroan sangat tergantung kelancaran dengan mobilitas masyarakat.&nbsp;</p><p>Bertambahnya proyek-proyek di segmen usaha perseroan akan menimbulkan persaingan memperebutkan tamu dan pelanggan. Berhubungan dengan hal ini, pelayanan terbaik dan prima kepada tamu dan pelanggan akan terus ditingkatkan. Loyalitas tamu dan pelanggan diharapkan tetap ada. Pada 2023 dan tahun-tahun mendatang, di samping mengelola usaha-usaha yang ada selama ini, perseroan akan menambahkan dengan mengembangkan proyek-proyek baru seperti proyek Blochaus di Pondok Cabe dan pengembangan Lot 678 SCBD yang direncanakan sebagai lokasi lifestyle di kawasan SCBD.</p>

Perjalanan bisnis PT Jakarta International Hotels & Development Tbk. bermula pada 7 November 1969. 

Profil PT Jakarta International Hotels & Development Tbk. (JIHD)

Tentang Perusahaan

Tags