Budiman Sudjatmiko atau kerap dipanggil Budiman merupakan mantan politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pria kelahiran Cilacap, 10 Mei 1970 merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Wartono Sudjatmiko dan Sri Sulastri.
Budiman menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pengadilan 2 Bogor. Lalu, dia lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Cilacap.
Kemudian, Budiman masuk Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Bogor. Selanjutnya, dia kembali pindah bersekolah ke Yogyakarta dan menyelesaikannya di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
Pada 1989, dia sempat menempuh pendidikan sarjananya di jurusan ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Hanya saja, pendidikan tingginya itu tak diselesaikan akibat kesibukannya dalam dunia aktivis sosial dan politik.
Pada 1996, Budiman melakukan deklarasi terbentuknya Partai Rakyat Demokratik (PRD) di Sleman, Yogyakarta. Partai tersebut melakukan perlawanan dan kritikan kepada pemerintahan Presiden Soeharto.
Pada 27 Juli 1996, terjadi kerusuhan perebutan paksa di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia di jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat. Peristiwa yang dikenal dengan kerusuhan dua puluh tujuh juli (Kudatuli) atau Sabtu kelabu tersebut menyebabkan lima orang tewas, 149 orang luka-luka, dan 23 orang hilang.
Pemerintahan melakukan penangkapan kepada Budiman dengan tuduhan penggerak kerusuhan. Dia divonis dengan hukuman penjara selama 13 tahun.
Namun, Budiman hanya menjalani hukuman selama 3,5 tahun di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur. Dia berhasil memperoleh amnesi atau pengurangan hukuman dari Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Seusai bebas dari penjara, Budiman pergi ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan sarjana ilmu politik di London University. Budiman kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang master dengan jurusan hubungan internasional di Cambridge University dan lulus pada 2004.
Selesai menempuh pendidikan masternya, Budiman pun memilih kembali ke Indonesia. Di tanah air, dia masuk ke dunia politik dengan bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada 2004.
Pada tahun yang sama, Budiman membentuk organisasi sayap PDIP dengan nama Relawan Perjuanagan Demokrasi (Redpem). Organisasi tersebut berisikan 50 anggota aktivis politik.
Pada 2005, Budiman menikah dengan Kesi Yovana. Dari pernikahan tersebut, Budiman dan Kesi dikaruniai satu orang anak, yaitu Puti Jamina Kharisma Sudjatmiko.
Dalam karirnya, Budiman berhasil menjabat dua kali sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah wilayah VII selama periode 200-2014 dan 2014-2019.
Budiman menempati posisi Komisi II DPR RI yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria. Selama menduduki kursi di senayan, dia menginisiasi dan menjadi pimpinan Rancangan Undang-Undang (RUU) Desa.
Beberapa waktu terakhir, Budiman dan Prabowo Subianto cukup menyita perhatian masyarakat. Keduanya bahkan melakukan pertemuan bersama di kediaman Prabowo.
Dalam pertemuan tersebut, Budiman secara terang-terangan mendukung Prabowo untuk menjadi calon presiden di Pilpres 2024. Pernyataan tersebut sangat bertolak belakang dengan keputusan PDIP yang telah menempatkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden di Pilpres 2004.
Adapun dalam perkembangan terbaru, pada 24 Agustus 2023, PDIP resmi melakukan pemecatan Budiman dari keanggotaan. Surat pemecatan tersebut telah ditandatangani oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.