Prajogo Pangestu adalah salah satu orang terkaya di Indonesia. Ia menempati peringkat ketiga orang terkaya versi Forbes Real Time. Nilai kekayaan Prajogo tercatat sebesar US$6,2 miliar atau setara Rp89,7 triliun (kurs Rp14.500/US$).
Kekayaan utama Prajogo bersumber dari dua emiten petrokimia di bursa saham di Indonesia. Tercatat, Prajogo menjadi pengendali langsung saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) sebanyak 70,85% atau senilai Rp64,4 triliun. Selain itu, ia menguasai 13,33% saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) senilai Rp22,3 triliun.
Dalam memulai bisnisnya, Prajogo pernah menjadi sopir angkot. Lahir dari keluarga sederhana, ayah Prajogo adalah seorang penyedap getah karet dan hanya mampu menyekolahkannya hingga SMP.
Hidup Prajogo mulai berubah setelah bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia bernama Bong Sun On atau Burhan Uray. Sejak itu, Prajogo mulai meniti karier di PT Djajanti Group milik Sun On pada 1969. Berkat kerja kerasnya, tujuh tahun kemudian Prajogo mendapatkan jabatan general manager (GM) di pabrik Plywood Nusantara.
Setelah berkarier di perusahaan milik Bong Sun, dia mendirikan usahanya dengan nama CV Pacific Lumber Coy bermodalkan utang dari bank. Perusahaan ini sukses dan membawa ke lantai bursa pasar modal Indonesia pada 1993 dan akhirnya berganti nama menjadi PT Barito Pacific pada 2007.
Bisnisnya terus melesat hingga bekerja sama dengan anak-anak mantan Presiden Soeharto dan pengusaha lainnya. Usaha Barito Group juga semakin meluas di bidang petrokimia, minyak sawit mentah, properti, dan perkayuan.