Ratusan aparatur sipil negara (ASN) Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) melakukan aksi demonstrasi terhadap Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro.
Melansir dari laman Bisnis.com, aksi yang dikenal sebagai Senin Hitam tersebut berlangsung di lobi utama Gedung D, Kemendikti Saintek, pada Senin (20/1). Demonstrasi ini dilakukan sebagai bentuk protes atas dugaan ketidakadilan yang dirasakan para ASN dari Mendikti Saintek tersebut.
Satryo Soemantri Brodjonegoro lahir di Delft, Belanda pada 5 Januari 1956. Saat ini, ia menjabat sebagai Mendikti Saintek dalam Kabinet Merah Putih yang dibentuk pada 20 Oktober 2024.
Melansir dari laman Antaranews.com, Satryo merupakan putra dari Prof. Soemantri Brodjonegoro, mantan Rektor Universitas Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1973. Lingkungan akademis keluarganya turut membentuk perjalanan kariernya di dunia pendidikan. Salah satu adiknya, Prof. Bambang Brodjonegoro, juga dikenal sebagai pejabat negara yang pernah menjabat di beberapa kementerian di era Presiden Joko Widodo.
Satryo menyelesaikan pendidikan sarjananya di Institut Teknologi Bandung (ITB) sebelum melanjutkan studi ke University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Di sana, ia meraih gelar doktor di bidang teknik mesin pada 1984. Keahliannya di bidang teknik mesin membuatnya dikenal di lingkungan akademik, baik nasional maupun internasional.
Ia juga pernah diundang menjadi profesor tamu di Toyohashi University of Technology, Jepang serta di ITB dan terlibat dalam berbagai proyek pendidikan, termasuk perencanaan gedung fakultas teknik Universitas Hasanuddin di Gowa bersama Japan International Cooperation Agency (JICA).
Karier Satryo dimulai sebagai dosen di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB pada 1985. Pada 1992, ia diangkat menjadi Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB, di mana ia menerapkan proses evaluasi diri yang kemudian diadopsi oleh ITB dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Pada Desember 2000, saat menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Satryo memulai transformasi institusi pendidikan tinggi besar menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Kebijakan ini memberikan otonomi lebih kepada perguruan tinggi dalam pengelolaan institusinya. Konsep tersebut berkembang menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH).
Sejak pensiun dari ITB pada 2009, Satryo aktif di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Ia menjabat sebagai Wakil Ketua AIPI periode 2013–2018 dan kemudian menjadi Ketua AIPI untuk periode 2018–2023.
Terkait dengan kehidupan pribadinya, Satryo menikah dengan Silvia Ratnawati dan memiliki dua anak. Salah satu putrinya, Diantha Soemantri, mengikuti jejaknya di dunia akademik dengan menjadi guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada usia 42 tahun.