Profil Soekarno

Soekarno adalah Presiden pertama Indonesia periode 1945-1967. Dia merupakan Bapak Proklamator dan pencetus Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

27 Jun 2022 - 09.01Profil
Profil Soekarno

Soekarno merupakan Presiden ke-1 Indonesia. Pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur pada 6 Juni 1901 merupakan anak dari pasangan Raden Soekomi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.

Ayah Soekarno adalah guru Sekolah Dasar (SD). Sedangkan, ibunya merupakan keturunan bangsawan Bali. Soekarno tumbuh dibesarkan di Tulung Agung bersama kakeknya, Raden Hardjokromo. 

Pada 1911, Soekarno bersekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS) , kemudian melanjutkannya di Hogere Burger School (HBS). Ketika itu, Soekarno tinggal di indekos milik Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. 

Saat belajar di HBS, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya dengan bertemu Alimin Musso, Darsono, Agus Salim dan Abdul Muis. Selanjutnya, Soekarno masuk ke organisasi Budi Utomo.

Pada 1922, Soekarno menempuh pendidikan sarjananya dengan jurusan teknik sipil Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang bernama Institut Teknologi Bandung) dan selesai pada 1926. Saat berkuliah di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman KH Ahmad Sanusi, anggota Syarikat Islam. Dia juga kerap berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Douwes Dekker.

Setelah selesai menempuh pendidikan sarjananya, Soekarno mendirikan perusahaan insinyur bersama Anwari. Perusahaan tersebut berfokus kepada rancang bangun bangunan rumah dan jenis bangunan lainnya.

Pada 1927, Soekarno merumuskan ajaran Marhaenisme sekaligus mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibat keberaniannya membuat partai tersebut, pemerintahan Belanda memasukkannya ke penjara Banceuy, lalu dipindahkan ke Sukamiskin pada 1930. 

Soekarno bebas dari tahanan pada 1931 dan bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), karena PNI dibubarkan oleh Belanda pada 1930. Soekarno kembali ditangkap dan diasingkan ke Flores pada 1933 dan dipindahkan ke Bengkulu pada 1938. Pada 1942, Soekarno dibebaskan seiring masa kependudukan Jepang di Indonesia. 

Nama Soekarno selama diasingkan menjadi tidak terdengar dengan tokoh nasionalis Indonesia lainnya. Namun pada bulan Agustus 1945, Soekarno mendapat undangan dari Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia-Tenggara ke Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi mengatakan kalau sudah waktunya Indonesia merdeka.

Setelah kembali dari Vietnam, terjadilah peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Pembela Tanah Air (PETA) membawa Soekarno, Hatta, dan para tokoh penting lainnya ke Rengasdengklok.

Para pemuda PETA membujuk mereka segera mengikrarkan proklamasi. Pasalnya, terjadi kevakuman kekuasaan akibat Jepang menyerah kepada sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom atom.

Tokoh pemuda yang membujuk mereka, antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Pada awalnya, Soekarno, Hatta, dan sejumlah tokoh politik lainnya menolak desakan tersebut, tapi akhirnya mereka pun menyanggupi.

Pada 17 Agustus 1945, proklamasi diikrarkan oleh Soekarno dan Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Sehari kemudian, Soekarno dan Hatta diangkat oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. 

Pengangkatan mereka berdua pun dikukuhkan oleh KNIP tanggal 29 Agustus 1945. Pada saat itu, Soekarno berusia 44 tahun.

Selama masa pemerintahannya, Soekarno mencetuskan perencanaan serta pembangunan Jakarta sebagai wajah Indonesia. Pembangunan tersebut meliputi Masjid Istiqlal (1951), Monumen Nasional (1961), Gedung Conefo, Gedung Sarinah, Wisma Nusantara, Hotel Indonesia, Tugu Selamat Datang, Patung Dirgantara dan Monumen Pembebasan Irian Barat (Lapangan Banteng).

Soekarno merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar ideologi Indonesia. Dia juga berupaya mempersatukan Nusantara, bahkan menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. Gerakan itu kemudian berkembang menjadi Gerakan Non-Blok.

Soekarno pernah mengalami percobaan pembunuhan sebanyak tujuh kali. Percobaan pembunuhan tersebut meliputi granat Cikini (1957), penembakan Istana Presiden (1960), pencegatan Rajamandala (1960), granat Makassar (1962), penembakan Idul Adha (1962), penembakan mortir Kahar Muzakar (1960), dan granat Cimanggis (1964).

Pada 30 September 1965, terjadi peristiwa yang menewaskan enam jenderal besar TNI, yaitu Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tistodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, Lettu Pierre Andreas Tendean.

Peristiwa itu melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawaban Soekarno. dia pun diberhentikan menjadi Presiden. Selanjutnya, MPR mengangkat Soeharto sebagai Penjabat Presiden. 

Pada 1961, kesehatan Soekarno mulai menurun. Dia mengidap gangguan ginjal dan mendapatkan perawatan di Austria. Kesehatannya terus memburuk karena beliau menolak melakukan operasi pengangkatan ginjal kiri.

Pada 21 Juni 1970, Soekarno meninggal dunia di Rumah Sakit Angkatan Darat, Jakarta. Soekarno diisemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. 

Sumber : Berbagai Sumber

Update Data lainnya di WA Channel



Editor Artikel Data Indonesia
Nilai keakuratan & kelengkapan data di artikel
Kurang
Baik
Terpopuler