JAKARTA — Sektor perkebunan dan properti dipandang masih menjadi penyumbang konflik agraria terbanyak dan menghambat proses reforma agraria.
Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika mengatakan berdasar catatan akhir tahun konsorsium itu, terdapat 758 konflik agraria sepanjang 2017.
Angka ini meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Konflik agraria itu terjadi hampir di semua sektor, dengan dominasi perkebunan dan properti.
“Ada perkebunan, kehutanan, pembangunan infrastruktur, pesisir kelautan, tambang, dan pertanian. Yang tertinggi pertama adalah perkebunan yang posisi kedua itu ada properti,” terangnya, pekan lalu.
Konflik agraria ini menimpa bukan hanya masyarakat, tetapi juga lahan milik swasta atau pun lahan milik bad...