Laba bersih individual PT Bank Mega Tbk. (MEGA) tumbuh 33,22% mencapai Rp4,01 triliun sepanjang 2021. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, perolehan laba bersih itu meningkat dari tahun sebelumnya (year on year/yoy) yang senilai Rp3,01 triliun.
Pertumbuhan tersebut terjadi seiring dengan peningkatan pendapatan bunga bersih dan terkendalinya sejumlah beban perusahaan. Sepanjang tahun lalu, perusahaan meraup pendapatan bunga bersih senilai Rp4,84 triliun atau naik 23,79% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,91 triliun.
Kenaikan tersebut ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga sebesar 0,75% (yoy) menjadi Rp8,11 triliun. Sedangkan, beban bunga menyusut 20,82% (yoy) menjadi Rp3,27 triliun.
Selain itu, perseroan juga berhasil mencetak pendapatan operasional lainnya senilai Rp102,23 miliar pada 2021. Padahal, MEGA masih menanggung beban sebesar Rp178,19 miliar pada tahun sebelumnya. Alhasil, laba operasional perseroan melonjak 32,09% (yoy) dari Rp3,74 triliun menjadi Rp4,94 triliun.
Dari sisi penghimpunan dana, Bank Mega berhasil meraup dana pihak ketiga (DPK) sebanyak Rp98,9 triliun. Jumlah itu naik 24,91% dari tahun 2020 yang senilai Rp79,18 trilun. Penyaluran kredit perseroan juga terpantau tumbuh 25,14% (yoy) dari Rp48,49 triliun menjadi Rp60,68 triliun.
Per akhir 2021, total aset perusahaan milik Chairul Tanjung tercatat senilai Rp132,88 triliun. Jumlahnya naik 18,43% dari tahun sebelumnya sebesar Rp112,2 triliun.
Dalam pernyataan tertulisnya, Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib menjelaskan, pertumbuhan laba bersih perseroan tak hanya ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest income). Hal tersebut juga terdorong oleh kenaikan pendapatan selain bunga (fee based income) sebesar 7,55% dari Rp2,92 triliun menjadi Rp3,14 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan kredit perseroan sepanjang tahun lalu juga diiringi dengan menurunnya rasio kredit bermasalah (NPL) gross yang berada di level 1,12% dari sebelumnya 1,39%. Rasio NPL gross ini di bawah rata-rata industri perbankan sebesar 3%. Adapun NPL net turun dari 1,07% menjadi 0,81%.
Untuk tahun ini, perseroan membidik penyaluran kredit senilai Rp67,73 triliun dengan penghimpunan DPK senilai Rp106,09 triliun. Laba setelah pajak juga ditargetkan bisa mencapai Rp4,30 triliun hingga akhir 2022.
(Baca: Salim Invomas Cetak Laba hingga Rp984 Miliar pada 2021)