Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,84% atau 58,48 poin menuju level 7.046,64 pada perdagangan Rabu (3/8). Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak di level terendah 6.971,74 hingga tertinggi 7.046,64.
Penguatan IHSG terdorong oleh kenaikan lima indeks sektoral. Indeks sektor teknologi melambung paling tinggi hingga 3,22% atau 246,11 poin ke level 7.883,27.
Sementara itu, enam indeks sektoral lainnya melemah. Indeks sektor barang konsumen non-primer paling tertekan sebesar 1,06% atau 9,53 poin ke level 886,80.
Sektor Barang Konsumen Primer
Indeks sektor barang konsumen primer menghambat penguatan IHSG dengan ditutup melemah 0,43% atau 3,05 poin ke level 702,14 pada akhir perdagangan Rabu (3/8). Indeks melemah setelah bergerak di rentang 696,31-705,19.
Sejumlah saham yang ikut menekan indeks sektor barang konsumen primer, antara lain PT Wahana Inti Makmur Tbk. (NASI) anjlok 6,70% atau 13 poin ke level 181, PT Indofood Cbp Sukses Makmur Tbk. (ICBP) turun 1,95% atau 175 poin ke level 8.800, dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) terkoreksi 0,22% atau 10 poin ke level 4.590.
PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Indo Sentra Pelangi sebagai bagian dari PT Indofood CBP Makmur Sentosa Tbk. (ICBP), serta produsen saus lainnya perlu memastikan sumber bahan baku cabai yang beragam. Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menilai, langkah tersebut perlu diambil menyusul tingkat inflasi tahunan mencapai 4,94% pada Juli 2022, tertinggi sejak Oktober 2015.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, cabai merah menjadi komoditas yang menjadi kontributor utama inflasi. Menurutnya, faktor kenaikan harga cabai lebih banyak dari sisi suplai, seperti gagal panen yang rutin terjadi setiap tahun.
Dengan demikian, para produsen perlu melakukan diversifikasi sumber. Kendati, dia meyakini produsen-produsen produk saus di tanah air sudah memiliki jaringan rantai pasok bahan baku yang beragam di daerah-daerah penghasil.
Adapun, menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin), terdapat sejumlah produsen besar di industri saus. Salah satunya adalah PT Indo Sentra Pelangi dengan kapasitas produksi sambal sebanyak 20,61 juta liter per tahun dan nilai investasi mencapai Rp79 miliar melalui skema penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Ada pula PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang memiliki kapasitas produksi saus sebanyak 4.200 ton per tahun dengan nilai investasi US$2,5 juta atau setara Rp37 miliar. Lalu, PT Prakarsa Alam Segar memiliki kapasitas produksi sebnyak 86.400 ton per tahun dengan nilai investasi sebesar Rp58,2 miliar.
Sektor Barang Konsumen Non-Primer
Indeks sektor barang konsumen non-primer paling tertekan sebesar 1,06% atau 9,53 poin ke level 886,80 pada akhir perdagangan Rabu (3/8). Indeks terjatuh setelah bergerak di rentang 884,66-896,33.
Sejumlah saham yang ikut memberatkan indeks sektor barang konsumen non-primer, antara lain PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) drop 7% atau 70 poin ke level 930, PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) melemah 5,07% atau 35 poin ke level 655, dan PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA) terkoreksi 2,86% atau 90 poin ke level 3.060.
Saham-saham emiten peritel tengah menghadapi tantangan baru dari potensi kenaikan inflasi. Pasalnya, hal tersebut bisa melemahkan daya beli masyarakat, khususnya di kalangan menengah-bawah.
Inflasi memang tengah menjadi fokus di sejumlah negara karena lonjakan harga komoditas serta energi yang bahkan sempat menyentuh level tertingginya. Belum lagi rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar Pertalite dan listrik di tengah daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.
Sektor Keuangan
Indeks sektor keuangan menjadi salah satu penopang kenaikan IHSG dengan ditutup naik 0,95% atau 14,22 poin ke level 1.518,99 pada akhir perdagangan Rabu (3/8). Indeks menguat setelah bergerak di rentang 1.501,96-1.518,99.
Sejumlah saham yang ikut menguatkan sektor keuangan, antara lain PT Bank Yudha Bhakti Tbk. (BBYB) melesat 9,74% atau 130 poin ke level 1.465, PT Bank Jago Tbk. (ARTO) menguat 3,53% atau 375 poin ke level 11.000, dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) terapresiasi 0,33% atau 25 poin ke level 7.625.
Sepanjang semester I/2022, PT Bank Jago Tbk. (ARTO) mampu mencetak laba bersih tahun berjalan sebesar Rp28,92 miliar. Nilai itu berbalik dari rugi bersih sebesar Rp46,7 miliar pada semester I/2021.
Perolehan laba Bank Jago tersebut didorong oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang meroket 360,94% (yoy) menjadi Rp641 miliar. Secara rinci, pendapatan bunga perseroan melonjak 339,52% (yoy) menjadi 705,32 miliar.
Pada saat bersamaan, ARTO masih menangguk beban bunga sebesar Rp64,24 miliar. Nilai itu meningkat 200,26% dibandingkan pada paruh pertama tahun lalu yang sebesar Rp21,39 miliar.
Di sisi lain, penyaluran kredit ARTO tumbuh 128,5% (yoy) menjadi Rp4,96 triliun. Bank Jago juga menyalurkan pembiayaan syariah sebesar Rp2,3 triliun pada kuartal II/2022.
Adapun, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Jago meningkat 253,37% (yoy) menjadi Rp6,1 triliun. Pertumbuhan DPK tersebut ditopang oleh komposisi dana murah (current account saving account/CASA) berupa giro dan tabungan yang melonjak 642,51% (yoy) menjadi Rp3,87 triliun.
Sektor Teknologi
Indeks sektor teknologi memimpin penguatan indeks sektoral dengan ditutup melambung 3,22% atau 246,11 poin ke level 7.883,27 pada akhir perdagangan Rabu (3/8). Indeks menguat tajam setelah bergerak di rentang 7.637,16 - 7.922,58.
Sejumlah saham yang ikut menopang sektor teknologi, antara lain PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) melompat 8,05% atau 24 poin ke level 322, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) menguat 4,62% atau 85 poin ke level 1.925, dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) naik 3,50% atau 10 poin ke level 296.
Emiten e-commerce lokal Indonesia, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan meraup laba bersih pada semester I/2022. Pendapatan emiten berkode saham BUKA itu melonjak 96% (yoy) dari Rp863 miliar menjadi Rp1,691 triliun. Di sisi bottom line, BUKA berhasil membalik rugi bersih Rp767 miliar menjadi laba Rp8,59 triliun.
Manajemen BUKA menyebutkan, untung bersih tersebut ditopang oleh laba investasi bersama di PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI). Dalam laporan keuangan semester I/2022, nilai yang belum dan sudah terealisasi tersebut sebesar Rp9,79 triliun.
Manajemen BUKA juga mengakui bahwa laba operasional sebesar Rp8,6 triliun didapatkan dari laba investasi market-to-market dari BBHI. Untuk diketahui, BUKA menggenggam sebanyak 11,49% saham BBHI atau sebanyak 2,49 miliar lembar.
Sektor Infrastruktur
Indeks sektor infrastruktur ikut menopang penguatan IHSG dengan ditutup melejit 2,27% atau 22,64 poin ke level 1.021,65 pada akhir perdagangan Rabu (3/8). Indeks melejit setelah bergerak di rentang 999,30-1.026,39.
Sejumlah saham yang ikut mendorong sektor infrastruktur, antara lain PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) melejit 8,33% atau 8 poin ke level 104, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) menguat 7,50% atau 180 poin ke level 2.580, dan PT Indosat Tbk. (ISAT) naik 5,88% atau 400 poin ke level 7.200.
Grup Alibaba dikonfirmasi sebagai pihak pembeli saham PT Smartfren Telekom Tbk. (FREN) yang dilepas oleh entitas Grup Sinar Mas, PT Dian Swastika Sentosa Tbk. (DSSA). Mengutip Bisnis.com, Direktur Smartfren Antony Susilo memberi tanggapan terhadap surat BEI soal kabar Alibaba menginvestasikan dana US$100 juta ke Smartfren Telecom.
Adapun, transaksi penjualan saham FREN dilakukan oleh DSSA pada 26 Juli 2022. Dalam transaksi tersebut, DSSA menjual 19,6 miliar saham FREN kepada pihak ketiga yakni Grup Alibaba dengan nilai Rp77 per saham atau senilai Rp1,5 triliun. Setelah transaksi rampung, kepemilikan saham DSSA di FREN menyusut dari 72,59 miliar menjadi 52,98 miliar saham.
Manajemen juga mengungkapkan, melalui strategi Beyond Telco, FREN akan terus fokus mengembangkan layanan digital baru. Perseroan juga terus mencari kesempatan untuk berkolaborasi dengan penyedia jasa lokal maupun global untuk bisa meningkatkan kinerja usahanya ke depan.
Sektor Transportasi & Logistik
Indeks sektor transportasi dan logistik berakhir di zona merah dengan terkoreksi 0,25% atau 5,04 poin ke level 1.988,43 pada akhir perdagangan Rabu (3/8). Indeks terkoreksi setelah bergerak di rentang 1.972,63-2.002,15.
Sejumlah saham yang ikut membebani indeks sektor transportasi dan logistik, antara lain PT Krida Jaringan Nusantara Tbk. (KJEN) drop 6,62% atau 9 poin ke level 127, PT Blue Bird Tbk. (BIRD) melemah 2,52% atau 40 poin ke level 1.545, dan PT Satria Antaran Prima Tbk. (SAPX) turun 2,20% atau 20 poin ke level 890.
Dari dalam negeri, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengatakan, penerapan pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan solar dipastikan molor dari target awal pada bulan ini. Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman mengatakan, pemerintah belum kunjung menerbitkan revisi anyar dari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM yang sebelumnya ditargetkan rampung pada Agustus 2022.
Namun demikian, Saleh berharap revisi Perpres itu dapat rampung bulan depan. Dengan demikian, aturan itu dapat segera diimplementasikan di tengah rata-rata konsumsi BBM bersubsidi yang diprediksi melebih kuota pada kuartal keempat tahun ini.
Adapun, BPH Migas bekerja sama dengan Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM) sudah menyodorkan sejumlah kriteria untuk pembatasan pembelian BBM bersubsidi kepada pemerintah pada pertengahan tahun ini. Rencananya, skema pembatasan pembelian Pertalite bakal berpatok pada CC kendaraan.
Nantinya, konsumen yang tidak mendapat akses untuk membeli Pertalite adalah kendaraan roda dua dan empat dengan kapasitas mesin di atas 2.000 CC. BPH mengkategorikan kendaraan roda dua dan empat di atas 2.000 CC sebagai barang mewah.
Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga telah meminta pemerintah untuk menambah kuota BBM bersubsidi mencapai 7,65 juta kiloliter (KL) untuk menutupi potensi kelebihan permintaan masyarakat pada paruh kedua tahun ini. Usulan itu diajukan berbarengan dengan upaya percepatan pembatasan pembelian BBM bersubsidi lewat revisi Perpres Nomor 191 Tahun 2014.
(Baca: IHSG Melaju Tembus Level 7000, Sektor Teknologi Memimpin)