Efek Lockdown China Masih Membayangi, Harga Tembaga Turun Lagi

Harga tembaga melanjutkan pelemahannya di hari keenam meskipun menipis. Di bursa Comex terpantau harga tembaga turun 0,03% ke level US$3.4180/pon

Gita Arwana Cakti

2 Sep 2022 - 08.30

Data

Harga tembaga masih melanjutkan pelemahannya meskipun menipis pada perdagangan Jumat (2/9) pagi. Hingga pukul 07.25 WIB, harga tembaga berjangka untuk kontrak Desember 2022 di bursa Comex terpantau turun 0,03% ke level US$3.4180/pon. 

Sepanjang perdagangan pagi ini, harga tembaga sempat melemah ke level terendahnya di US$3.4165/pon. Namun, harga komoditas tersebut pun sempat menguat ke level tertingginya di US$3.4240/pon. Penurunan tersebut melanjutkan pelemahan di hari keenam dengan akumulasi penurunan sebesar 7,8%.

Di bursa London Metal Exchange (LME), harga tembaga juga ditutup jatuh 2,86% ke level  US$7.578,50/ton pada perdagangan Kamis (1/9). Harga tersebut melemah untuk hari ketiga dengan akumulasi penurunan 7,28%.

Penurunan harga tembaga terjadi di tengah pelemahan prospek permintaan akibat lockdown di China.

Seperti diketahui, Kota metropolitan Chengdu di China akan mengunci 21 juta penduduknya untuk menahan wabah Covid-19. Ibu kota Sichuan itu akan menjadi kota terbesar yang ditutup sejak penguncian dua bulan Shanghai pada awal tahun ini.

Ada kekhawatiran tentang prospek permintaan logam karena krisis energi Eropa, kebijakan moneter yang lebih ketat oleh Federal Reserve, dan strategi Zero Covid oleh China yang dinilai akan merusak pertumbuhan ekonomi global. Namun hal tersebut sebagian diimbangi oleh risiko sisi penawaran, dengan stok rendah dan banyak pabrik peleburan Eropa yang tertekan oleh krisis listrik.

Mengutip Bisnis.com, pedagang di Shanghai Dongwu Jiuying Investment Management Co., Jia Zheng, investor panik tentang dampak potensial dari penguncian baru dan wabah Covid di seluruh negeri China.

Sikap hawkish dari bank sentral AS pun mendorong kenaikan dolar Amerika Serikat, sehingga berpotensi terus memberi lebih banyak tekanan pada komoditas.

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester sebelumnya menegaskan kembali perlunya menaikkan suku bunga acuan AS di atas 4% pada awal tahun depan. Dia pun mengatakan dia tidak mengantisipasi pemotongan suku bunga pada 2023.

Kekhawatiran atas permintaan melebihi tantangan lanjutan di sisi penawaran. Cile, yang menyumbang lebih dari seperempat produksi tembaga dunia, melaporkan penurunan produksi 8,6% pada Juli dibandingkan dengan setahun sebelumnya.

(Baca: Kinerja Industri Logam Dasar Melonjak 15,8% pada Kuartal II/2022)


Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags