Harga Batu Bara Masih Naik Terbatas Sepanjang September 2022

Harga batu bara cukup bergerak fluktuatif tetapi cenderung menguat. Sepanjang September 2022, harga batu bara berjangka naik 2,59%. Beragam sentimen dari Eropa, China, dan India turut menjadi katalis penggerak harga batu hitam tersebut.

Gita Arwana Cakti

30 Sep 2022 - 09.30

Data

Harga batu bara cukup bergerak fluktuatif tetapi cenderung menguat sepanjang bulan ini. Jika dilihat pergerakan sejak 1-28 September 2022, harga batu bara berjangka untuk kontrak September 2022 di Newcastle Coal Futures naik 2,59% dengan rata-rata bergerak pada level US$439,89/ton.

Pada perdagangan 1 September 2022, harga batu bara ditutup menguat 0,55% ke level US$427,35/ton. Adapun pada perdagangan 28 September 2022, harga batu bara berakhir pada level US$436,00/ton. Namun nilai tersebut melemah 0,38%, melanjutkan penurunan yang terjadi pada perdagangan sebelumnya sebesar 0,08%.

Sepanjang bulan ini, harga batu bara sempat menyentuh level terendah pada US$427,35/ton dan menembus level tertinggi pada US$457,80/ton. Jika melihat pergerakan sepanjang tahun berjalan, harga batu bara tercatat masih meroket 157,08%. Harganya juga masih melesat 112,94% dalam setahun terakhir.

Sentimen penggerak harga batu bara sepanjang bulan ini cukup beragam. Sebelumnya, harga batu bara sempat menguat di tengah terhambatnya proses pengiriman gas alam ke Eropa. Mengutip Reuters, biaya listrik Eropa telah melonjak sejak tahun lalu, didorong oleh rekor harga gas karena Rusia membatasi pasokan ke Eropa.

Raksasa gas Rusia, Gazprom, mengatakan terhambatnya pasokan gas terjadi karena adanya pemotongan aliran karena masalah teknis. Adapun Gazprom memang dikabarkan menghentikan pengiriman gasnya melalui jaringan Nord Stream 1. Hal tersebut pun meningkatkan kekhawatiran atas pasokan gas.

Harga batu bara juga masih berenergi seiring adanya sinyal permintaan batu bara secara global yang muncul dari China dan India. Potensi permintaan batu bara dari Negeri Panda sempat mengemuka seiring dengan rencana negara tersebut membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dari batu bara dalam beberapa waktu ke depan. Hal itu untuk mengantisipasi terulangnya kembali krisis listrik di negara tersebut.

Adapun di India, pejabat sektor energi di Negeri Bollywood itu, disebut-sebut sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan aktivitas impor batu bara. Sebab, stok bahan bakar fosil di pembangkit listrik di India, tercatat telah turun sekitar 11% sejak pertengahan Agustus.

Namun demikian, menjelang akhir bulan ini harga gas mulai melandai sehingga kekhawatiran pasokan di Eropa pun mereda. Raksasa gas Rusia, Gazprom, dikabarkan telah berjanji untuk mengirimkan pasokan gas ke Eropa.

Hal tersebut seiring dengan telah ditemukannya titik kebocoran pada jaringan Nord Stream 1 dan 2 di Laut Baltik. Storage gas di Eropa juga dilaporkan telah terisi 88,2% dari total kapasitas. Bahkan, storage di Jerman sudah terisi sebanyak 91,5% dari kapasitas. Harga gas yang bergerak turun pun turut menekan pergerakan harga batu bara. Pasalnya, harga gas yang rendah bisa menjadi sumber energi alternatif dari batu bara.

Selain itu, harga batu bara juga tertekan pada potensi melambatnya perekonomian China. Padahal, Negeri Panda merupakan konsumen terbesar batu bara. Potensi penurunan permintaan terjadi menjelang liburan libur Nasional negara tersebut yang berlangsung pada 1-7 Oktober mendatang.

(Baca: Harga Batu Bara Acuan September 2022 Turun ke US$319,22/Ton)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags