Harga Tembaga Turun Tipis, Pembelian Hilir di China Meningkat

Harga tembaga terpantau berbalik arah ke zona merah dengan penurunan tipis pada perdagangan Kamis (29/9) pagi. Hingga pukul 08.25 WIB, harga tembaga berjangka untuk kontrak Desember 2022 di bursa Comex terpantau turun 0,09% ke level US$3.3725/pon.

Gita Arwana Cakti

29 Sep 2022 - 09.30

Data

Harga tembaga terpantau berbalik arah ke zona merah dengan penurunan tipis pada perdagangan Kamis (29/9) pagi. Hingga pukul 08.25 WIB, harga tembaga berjangka untuk kontrak Desember 2022 di bursa Comex terpantau turun 0,09% ke level US$3.3725/pon. 

Sepanjang perdagangan pagi ini, harga tembaga sempat menguat menyentuh level tertingginya pada US$3.3803/pon tetapi kemudian turun ke level terendah pagi ini di US$3.3620/pon. Penurunan tipis ini terjadi setelah harga tembaga ditutup melejit 2,80% pada perdagangan sebelumnya, Rabu (28/9).

Sementara itu, di bursa London Metal Exchange (LME), harga tembaga terpantau kembali menguat pada perdagangan kemarin dengan ditutup naik 1,54% ke level US$7.455,00/ton. Harga tersebut melanjutkan kenaikan sebelumnya sebesar 0,16%. Adapun penguatan harga tembaga dua hari terakhir terjadi setelah harga tembaga jatuh 5,46% sepanjang empat hari beruntun perdagangan pada 21-26 September 2022.

Sebelumnya, lembaga pemeringkat Moody's mengubah proyeksinya untuk industri logam dan pertambangan global dari stabil menjadi negatif. Hal tersebut menyusul adanya perlambatan ekonomi global yang terus menekan permintaan.

Penurunan ini disinyalir akan memengaruhi harga yang mengakibatkan penurunan profitabilitas bagi perusahaan yang diapresiasi oleh Moody's selama 12 bulan mendatang.

Mengutip Bisnis.com, pakar riset keuangan Moody’s menilai EBITDA untuk produsen logam dasar, termasuk tembaga, nikel, aluminium dan seng akan turun secara signifikan. Moody’s memproyeksikan perusahaan tambang tembaga akan mengalami penurunan EBITDA karena volume produksinya lebih rendah pada wilayah tertentu.

Selain itu biaya input yang lebih tinggi dan harga yang lebih rendah juga menjadi faktor lainnya. Adapun tingkat persediaan yang rendah dan tantangan pasokan di wilayah penghasil tembaga utama seperti Chile dan Peru akan membatasi penurunan harga tembaga.

Sementara itu, pada saat hampir seluruh dunia khawatir terhadap potensi resesi global, China terus meningkatkan impor tembaga fisiknya. Mengutip Reuters, permintaan bersih tembaga olahan Negeri Panda dari seluruh dunia naik 9,8% dalam delapan bulan pertama tahun ini. Volume sepanjang periode tahun berjalan yang terkuat sejak 2020, ketika China mengimpor logam dalam jumlah besar.

Impor bersih tembaga olahan China tercatat sebesar 2,31 juta ton dalam delapan bulan pertama tahun ini, meningkat 200.000 ton dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021. China secara bersamaan juga mengangkat impor skrap tembaga dan konsentrat yang ditambang.

Adapun menurut Shanghai Metals Market, penurunan harga tembaga mendorong pembelian hilir di China, yang selanjutnya memungkinkan pemegang kargo untuk menahan harga yang kuat. Selain itu, minat terbuka saat ini dari kontrak SHFE 2210 lebih dari 85.000 lot dan persediaan yang sangat rendah dapat lebih jauh mendongkrak premi spot dan memperluas spread, antara spread kontrak SHFE.

(Baca: Harga Tembaga Berfluktuasi, Perhitungan Stok Dinilai Perlu)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags