Permintaan Diproyeksi Meningkat, Harga Nikel Menguat

Harga nikel menguat pada penutupan perdagangan Rabu (26/4). Kondisi ini dipicu oleh adanya perkiraan peningkatan permintaan nikel global pada 2023 serta perkiraan defisit pasokan pada 2027.

Sarnita Sadya

27 Apr 2023 - 08.51

Data

Harga nikel menguat pada penutupan perdagangan Rabu (26/4). Tercatat, harga nikel di London Metal Exchange (LME) naik 1,36% ke level US$23.658,50/ton pada penutupan perdagangan kemarin.

Harga nikel menguat setelah bergerak di rentang US$23.344,00/ton-US$23.793,50/ton. Adapun, penguatan tersebut berbalik arah dari perdagangan sehari sebelumnya yang turun 5,05% pada 25 April 2023.

Jika melihat pergerakan sepanjang tahun berjalan, harga nikel tercatat anjlok 21,26%. Harga komoditas pertambangan tersebut juga terpantau merosot 27,51% dalam satu tahun terakhir.

Penguatan harga nikel tersebut dipicu oleh adanya perkiraan peningkatan permintaan nikel global pada 2023. Adapun pasokan pasar nikel diperkirakan berpotensi kembali ke posisi defisit pada 2027.

Melansir Shanghai Metal Market (SMM), International Nickel Industry Research Group (INSG) memproyeksikan, permintaan nikel global naik 5,7% menjadi 3,13 juta metrik ton (mt) pada 2023. Sebelumnya, permintaan nikel global tercatat sebanyak 2,96 juta mt pada 2022.

Dari sisi pasokan, INSG juga memperkirakan akan adanya peningkatan produksi dari komoditas pertambangan tersebut. Peningkatan itu naik 10% secara tahunan dari 3,06 juta mt pada 2022 menjadi 3,37 juta mt pada 2023.

Sementara itu, pemain menengah dan hilir dari rantai industri baterai nikel, seperti Posco, BASF, dan pembuat mobil Ford dan Volkswagen, telah mengumumkan rencana investasinya. Kondisi tersebut diperkirakan bisa membuat pasokan nikel kembali defisit pada 2027.

Di sisi lain, produsen bijih nikel terbesar Filipina, Nickel Asia Corp, berencana untuk membuka dua tambang lagi dalam tiga tahun. Melansir Reuters, perusahaan yang sebagian dimiliki oleh Sumitomo Metal Mining Co Ltd tersebut menargetkan produksi bijih nikel tahunan minimal 4 juta wet metrik ton (wmt) dari tambang Bulanjao dan sedikitnya 2 juta wmt dari tambang Manicani.

Hal ini dilakukan Filipina dalam rangka meningkatkan investasi dalam pengolahan bahan pembuat baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik, serta meningkatkan nilai ekspor.

(Baca: Pasokan Global Melimpah, Harga Nikel Melemah)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags