Produksi di China Menurun, Harga Tembaga Menguat

Harga tembaga berfluktuasi cenderung menguat pada perdagangan Jumat (10/2) pagi. Kondisi ini dipengaruhi oleh besarnya dampak pemeliharaan smelter di China timur, rendahnya ekspansi produksi smelter baru di China tengah dan selatan, serta turunnya tingkat operasional karena libur Tahun Baru Imlek.

Sarnita Sadya

10 Feb 2023 - 09.30

Data

Harga tembaga berfluktuasi cenderung menguat pada perdagangan Jumat (10/2) pagi. Pada pukul 08.12 WIB, harga tembaga berjangka untuk kontrak Maret 2023 di bursa Comex terpantau naik 0,16% ke level US$4,0730/pon.

Sepanjang perdagangan hari ini, harga tembaga sempat menguat menyentuh level tertingginya di US$4,0735/pon dan level terendah di US$4,0627/pon. Harga tersebut melanjutkan lajunya dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang naik 0,77% pada 9 Februari 2023.

Adapun di bursa London Metal Exchange (LME), harga tembaga ditutup menguat 1,09% ke level US$8.989,00/ton pada perdagangan kemarin. Penguatan tersebut berbalik arah dari perdagangan sebelumnya yang turun 0,36% pada 8 Februari 2023.

Pergerakan harga logam dasar tersebut terjadi setelah output katoda tembaga China terpantau menurun pada Januari 2023 dibandingkan dengan Desember 2022. Melansir Shanghai Metal Market (SMM), output katoda tembaga pada Januari 2023 tercatat sebanyak 853.300 metrik ton. Jumlah itu lebih rendah 1,9% dari bulan sebelumnya.

SMM memperkirakan, penurunan output tersebut terjadi akibat adanya dampak pemeliharaan smelter di China timur yang lebih besar dari yang diperkirakan. Ekspansi produksi smelter baru di China tengah dan selatan juga ternyata lebih rendah dari perkiraan. Kondisi tersebut diperkuat dengan turunnya tingkat operasional karena libur Tahun Baru Imlek.

Adapun, dua smelter yang telah dirombak sebelumnya diharapkan dapat kembali berproduksi secara normal pada bulan ini. Kedua smelter tersebut berpotensi meningkatkan produksi lebih dari 30.000 metrik ton.

SMM memperkirakan output pada Februari bisa mencapai 899.300 metrik ton. Angka tersebut lebih tinggi 5,39% secara bulanan dan 7,6% secara tahunan.

Jika diakumulasikan, produksi dua bulan pertama pada tahun ini diperkirakan mencapai 1,75 juta metrik ton atau naik 5,97% dibandingkan pada periode yang sama setahun sebelumnya

Meskipun demikian, kondisi produksi juga masih akan dipengaruhi oleh sedikitnya hari kerja pada bulan ini, lambatnya pelepasan kapasitas baru, dan ketatnya pasokan bahan baku.

(Baca: Masih Berharap Pemulihan Permintaan China, Harga Tembaga Menguat)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags