Setelah Tiga Hari Tertekan, Harga Aluminium Merangkak Naik

Harga aluminium berbalik arah dan melaju di zona hijau setelah tertekan selama tiga hari berturut-turut.

Gita Arwana Cakti

18 Mar 2022 - 10.00

Data

Harga aluminium berbalik arah dan melaju di zona hijau. Penguatan ini mengakhiri penurunan selama tiga hari berturut-turut sebelumnya.

Berdasarkan data di bursa London Metal Exchange (LME), harga aluminium menguat 7,23% ke level US$3.494/ton pada penutupan perdagangan Kamis (17/3) waktu setempat. Sepanjang perdagangan, harga aluminium sempat bergerak pada rentang US$3.398/ton-US$3.514/ton.

Dalam tiga hari terakhir, harga aluminium terkoreksi lebih dari 6% pada 14-16 Maret lalu. Walau demikian, harga aluminium masih mencatatkan kenaikan sebesar 24,45% sepanjang tahun 2022. Selama setahun terakhir, harga komoditas logam itu telah melonjak 58,64%.

Pada perkembangan terbaru, otoritas bursa berjangka LME baru saja memberlakukan batasan 15% untuk pergerakan harga logam dasar, termasuk aluminium, tembaga, timah, dan seng. Pembatasan ini merupakan pertama kalinya dalam 145 tahun sejarah LME.

Pembatasan tersebut dilakukan seiring dengan melonjaknya harga sejumlah logam, termasuk aluminium hingga menyentuh rekor tertingginya di tengah konflik Rusia dan Ukraina. Hal itu lantaran pasar khawatir kendala pasokan dari Rusia sebagai produsen utama aluminium, tembaga, dan nikel serta adanya sanksi dari Barat.

Namun demikian, sinyal perdamaian dari konflik geopolitik di Eropa Timur tersebut sempat meredam harga aluminium. Pejabat dari Rusia dan Ukraina memang bertemu lagi untuk pembicaraan damai, tetapi masih belum membuahkan hasil hingga saat ini. 

Kabar teranyar, ibu kota Ukraina, Kyiv dikabarkan mendapat serangan baru Rusia ketika tim penyelamat di pelabuhan Mariupol menggali korban selamat dari puing-puing bangunan yang dibom.  

Di sisi lain, kota-kota di China tengah memberlakukan pembatasan aktivitas setelah negara tersebut melaporkan lebih dari 5.000 infeksi Covid-19 baru untuk pertama kalinya sejak awal pandemi. Pembatasan aktivitas tersebut diprediksi mempengaruhi permintaan logam mengingat tingginya proporsi konsumsi China secara global.

(Baca: Konflik Rusia Mendingin, Harga Aluminium Berbalik ke Zona Merah)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags