Suku Bunga The Fed Naik 75 Bps, Reli Harga Nikel Terhenti

Harga nikel berbalik arah dan turun 0,55% ke level US$24.827,00/ton pada Rabu (21/09), menghentikan reli kenaikan tiga hari beruntun sebelumnya. Keputusan The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 75 Bps ikut menekan pasar logam dasar.

Gita Arwana Cakti

22 Sep 2022 - 09.00

Data

Harga nikel berbalik arah dan berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan Rabu (21/9). Tercatat harga nikel di London Metal Exchange (LME) turun 0,55% ke level US$24.827,00/ton pada penutupan perdagangan kemarin.   

Harga nikel melemah setelah bergerak di rentang US$24.553,50/ton-US$25.692,00/ton. Adapun penurunan tersebut menghentikan kenaikan tajam yang terjadi selama tiga hari perdagangan beruntun. Tercatat, harga nikel melonjak di atas 7% sepanjang perdagangan 16-20 September 2022.

Sementara itu, jika melihat pergerakan sejak awal tahun 2022, maka harga nikel menguat 19,61%. Adapun dalam setahun terakhir, peningkatan harga komoditas pertambangan tersebut cukup tebal yakni hingga 30,28%.     

Pelemahan harga nikel ini terjadi seiring pasar mencermati kebijakan bank sentral AS, The Fed, terkait suku bunga acuannya. Setelah menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 20-21 September 2022 waktu setempat, Federal Reserve akhirnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) menjadi 3% – 3,25%.

Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan laju peningkatan suku bunga acuan Negeri Paman Sam akan terus bergantung pada data dan perkembangan outlook ekonomi. Dia pun menyatakan bahwa bank sentral masih akan terus berupaya untuk mengendalikan inflasi agar turun ke arah target 2%.

Adapun kedepannya, Powell mengatakan laju kenaikan suku bunga acuan mungkin saja diperlambat. The Fed akan memantau terus dampak kebijakannya terhadap ekonomi AS.

Sementara itu, median prospek kenaikan suku bunga oleh pejabat The Fed, atau yang disebut dot plot, memperkirakan suku bunga acuan naik menjadi 4,4% pada akhir tahun, naik dari proyeksi pada Juni sebesar 3,4%. Adapun proyeksi suku bunga untuk akhir tahun 2023 tetap pada 4,6%. Dot plot pada akhir 2024 naik menjadi 3,9% dari 3,4%, sedangkan prospek suku bunga acuan jangka panjang tetap pada 2,5%.

Mengutip Reuters, Kepala Eksekutif Broker LME Sucden Financial Marc Bailey mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga yang agresif oleh bank sentral turut meningkatkan kekhawatiran terjadinya resesi global yang dapat membebani sektor logam secara lebih luas, termasuk pada nikel. Pelaku usaha bisa mengurangi aktivitas dan menyebabkan peserta mengurangi risiko.

Sementara itu, sumber Reuters mengatakan bahwa JPMorgan Chase & Co telah mengurangi pinjaman ke Tsingshan China, salah satu produsen nikel top dunia, selain mengurangi kredit ke nasabah lain di Eropa dan Asia setelah memantau kembali risiko yang ada.

Sebagaimana diketahui, Tsingshan Holding Group berada di pusat krisis di London Metal Exchange pada Maret lalu ketika harga nikel naik lebih dari dua kali lipat dalam hitungan jam. Hal itu memaksa LME untuk menghentikan perdagangan dan membatalkan transaksi miliaran dolar.

Selanjutnya, dua sumber Reuters juga mengungkapkan bahwa Tsingshan telah mendekati setidaknya dua broker LME untuk menjadi klien atau meningkatkan jalur kredit setelah tindakan JPMorgan. Adapun JPMorgan merupakan salah satu bank terbesar dalam logam.

Namun, JPMorgan menolak berkomentar dan Tsingshan tidak segera bersedia memberikan komentar melalui telepon atau email yang dikirimkan Reuters.

(Baca: Berkah Embargo, Ekspor Turunan Nikel Indonesia Melejit)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags