8 Saham Sektor Perkebunan Sawit dengan PER dan PBV Terendah

Sebanyak 19 dari 33 saham perkebunan kelapa sawit terpantau diperdagangkan dengan PER di bawah 10 kali dan sebanyak 11 emiten memiliki PBV di bawah 1 kali. Saham UNSP, PALM, dan SMAR terpantau memiliki PER terendah. Sementara itu, untuk PBV terendah ditempati oleh SIMP, ANJT, dan LSIP.

Winarni

8 Feb 2023 - 10.39

Data

Sebanyak 19 dari 33 saham emiten perkebunan kelapa sawit terpantau diperdagangkan dengan price to earning ratio (PER) di bawah 10 kali dan sebanyak 11 emiten memiliki price to book value (PBV) di bawah 1 kali. Meski bukan satu-satunya, dua indikator itu seringkali turut dijadikan rujukan untuk melihat mahal atau murahnya valuasi suatu saham.

Berdasarkan data BEI yang dihimpun oleh DataIndonesia.Id pada Rabu (8/2), tiga emiten sektor perkebunan kelapa sawit yang memiliki PER terendah ditempati oleh emiten UNSP, PALM, dan SMAR. Sementara itu, saham dengan PBV terendah ditempati oleh emiten SIMP, ANJT, dan LSIP.

PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) tercatat menjadi emiten sektor kelapa sawit yang memiliki PER paling rendah yakni 0,83 kali. Namun perseroan memiliki PBV negatif 0,06 kali. Diikuti oleh PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM) dengan PER 2,79 kali dan PBV 0,92 kali. Adapun PT SMART Tbk. (SMAR) menempati urutan ketiga dengan PER 3,51 kali dan PBV 0,75 kali.

Selanjutnya, ada PT Cisadane Sawit Raya Tbk. (CSRA) dengan PER sebesar 3,77 kali dan PBV 1,23 kali. Lalu PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) menduduki posisi keenam dengan PER 4,24 kali dan PBV 0,33 kali. Kemudian PER PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) tercatat sebesar 4,42 kali dengan PBV 1,27 kali. Di posisi terakhir delapan besar ada PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) yang memiliki PER 4,48 kali dengan PBV 0,36 kali.

Dalam laman resminya, BEI menjelaskan perhitungan PER didapat dari pembagian harga saham dengan laba per saham (EPS). Adapun EPS yang digunakan diperoleh dengan membagi trailing 12 bulan atas laba periode berjalan yang didistribusikan kepada entitas pemilik dengan jumlah saham tercatat.

(Baca: 8 Saham Emiten Tambang Batu Bara dengan PER dan PBV Terendah

Sementara itu untuk PBV, tercatat hanya sebelas semiten sektor perkebunan kepala sawit yang memiliki rasio harga saham terhadap nilai buku di bawah 1 kali. PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) tercatat menjadi emiten sektor perkebunan kelapa sawit yang memiliki PBV terendah sebesar 0,33 kali dengan PER tercatat 4,24 kali. Diikuti oleh PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) yang membukukan PBV 0,36 kali dan nilai PER ANJT tercatat 4,48 kali.

Di posisi ketiga ditempati oleh PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) yang memiliki PBV 0,68 kali. Nilai PER LSIP tercatat 7,22 kali. Adapun PT Gozco Plantations Tbk. (GZCO) mencatatkan nilai PBV 0,70 kali dengan PER 16,29 kali. Selanjutnya ada PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yang menempati urutan kelima dengan nilai PBV 0,73 kali dan PER sebesar 9,21 kali.

Adapun PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) tercatat memiliki PBV sebesar 0,75 kali. Nilai PER SGRO tercatat 0,75 kali. Selanjutnya, PT SMART Tbk. (SMAR) berada diurutan ketujuh dengan PBV 0,86 kali. PER SGRO tercatat sebesar 3,20 kali.

Terakhir diposisi delapan besar ada PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM) dengan nilai PBV 0,92 kali dengan PER 2,79 kali. Untuk perhitungan PBV, BEI membagi harga saham dengan nilai buku (BV). Adapun BV diperoleh dengan membagi total ekuitas dengan jumlah saham tercatat.

Seperti diketahui price to earning ratio (PER) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih. Apabila dirumuskan secara matematis, PER dapat diformulasikan sebagai harga saham dibagi earning per share (EPS). Sehingga nilai PER mengindikasikan bahwa harga saham saat ini setara dengan berapa kali pendapatan bersih selama satu tahun.   

Saham dengan PER yang tinggi bisa menunjukkan bahwa saham tersebut bernilai tinggi karena terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Namun jika terlalu tinggi, saham tersebut dinilai memiliki valuasi harga yang terlalu tinggi atau overvalued. Sebaliknya, saham dengan PER rendah menunjukkan saham tersebut masih diperdagangkan di bawah harga pasar sehingga berpotensi menghasilkan keuntungan kepada investor.    

Sementara itu, price to book value (PBV) merupakan rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Rasio keuangan ini umumnya dipakai investor ketika menganalisis harga suatu saham untuk melihat apakah harga saham saat ini sedang dijual murah atau mahal.

Cara menemukan PBV adalah dengan membagi harga saham saat ini dengan nilai buku per lembar saham (book value per share) perusahaan. BV sendiri diperoleh dengan cara membagi nilai ekuitas perusahaan dengan total jumlah saham yang beredar.   

Secara umum, saham dengan nilai PBV di atas 1 dianggap mahal karena mencerminkan harga saham yang melebihi nilai buku perusahaan. Sebaliknya, saham dengan nilai PBV kurang dari 1 dianggap murah sehingga banyak diburu investor.

Namun demikian mengukur tingkat PER dan PBV juga perlu dilihat berdasarkan sektor usaha yang sama.    Meskipun bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan, tetapi nilai PER dan PBV yang rendah bukanlah satu-satunya acuan mutlak untuk menentukan valuasi suatu saham. Ada hal-hal lainnya yang juga perlu dicermati seperti kinerja usaha, prospek pertumbuhan bisnis, dan lainnya.

(Baca: 8 Saham Emiten Minyak dan Gas dengan PER dan PBV Terendah)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags