IHSG Sepekan Melemah, Sektor Teknologi Paling Tertekan

Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami pelemahan 0,57% dalam sepekan terakhir dibandingkan pekan sebelumnya Jumat (17/2) yang berada di level 6.895,71.

Dyah Ayu Kartika

24 Feb 2023 - 16.30

Data

Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami pelemahan 0,57% dalam sepekan terakhir dibandingkan pekan sebelumnya Jumat (17/2) yang berada di level 6.895,71. Pada penutupan perdagangan bursa Jumat (24/2), IHSG terpantau mengalami penguatan dari hari sebelumnya dengan apresiasi 0,25% atau setara 17,12 poin ke level 6.856,58.

Sektor yang memberatkan laju IHSG selama sepekan yaitu sektor teknologi yang ambles sepekan 2,93%. Diikuti sektor keuangan yang terkoreksi 1,59%. Sementara sektor transportasi menguat paling tajam sebesar 3,67% dan sektor barang konsumen non primer juga naik 0,52%.

Dalam satu pekan, sebanyak 70 miliar lembar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp35,5 triliun. Di seluruh pasar investor asing cenderung masuk dengan net foreign buy mencapai Rp226,4 miliar, sedangkan di pasar reguler investor asing justru membukukan net sell sebesar Rp121,43 miliar.

IHSG melemah dalam sepekan terseret oleh sentimen global. Sementara itu, sejumlah rilis data ekonomi menahan pelemahan IHSG lebih dalam. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV/2022 terpantau tetap solid dan mampu menopang ketahanan eksternal Indonesia. NPI pada kuartal IV/2022 mencatat surplus US$4,7 miliar atau meningkat dibandingkan dengan kinerja kuartal sebelumnya yang tercatat defisit US$1,3 miliar. 

Data anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN pada Januari 2023 juga mencatat surplus. Dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (22/2), Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan APBN mencatatkan surplus sebesar Rp90,8 triliun. 

Kemudian likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Januari 2023 juga tetap tumbuh positif. Posisi M2 pada Januari 2023 tercatat sebesar Rp8.271,7 triliun atau tumbuh 8,2% (yoy). Perkembangan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 8,5% (yoy).

Sementara itu, IHSG pekan ini dibayangi kabar dari Kawasan Asia yakni PMI Manufaktur Jepang atau Jibun Bank yang terpantau turun menjadi 47,4 pada Februari 2023 dari sebelumnya 48,9 pada Januari 2023. Angka tersebut menandakan aktivitas manufaktur Jepang telah kontraksi dalam empat bulan berturut-turut dan pada Februari ini menjadi yang terendah sejak Agustus 2020. 

Tingkat inflasi tahunan di Jepang juga naik menjadi 4,3% pada Januari 2023 dari sebelumnya di 4,0% pada bulan Desember 2022. Angka tersebut adalah yang tertinggi sejak Desember 1981, di tengah kenaikan harga komoditas mentah impor dan pelemahan yen.

Selain itu, hasil risalah Federal Reserve (The Fed) yang resmi dirilis pada Rabu (22/2) waktu setempat juga menjadi sorotan. Risalah tersebut menunjukkan mayoritas pejabat The Fed setuju untuk menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps), sementara beberapa orang mendukung untuk kenaikan yang lebih besar, yakni 50 bps. 

Pada risalah The Fed yang digelar 31 Januari-1 Februari 2023, pejabat The Fed mengatakan kenaikan suku bunga acuan diperlukan untuk menurunkan inflasi ke target 2%, meskipun hampir semua mendukung langkah penurunan laju kenaikan. 

Lalu dari kabar global lainnya, inflasi harga konsumen di Kawasan Eropa sedikit lebih tinggi menjadi 8,6% (yoy) pada Januari 2023, atau naik dari perkiraan awal sebesar 8,5% dan jauh di atas target Bank Sentral Eropa yang sebesar 2,0%. 

(Baca: IHSG Lanjutkan Penguatan, PGEO Stagnan (24 Februari 2023))

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags