Sektor Energi Terkoreksi, IHSG Ditutup Turun Tipis

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi tipis 0,02% atau 1,41 poin menuju level 6,922,6 pada akhir perdagangan Jumat (11/3). Sektor energi terkoreksi paling signifikan sebesar 0,84%.

Dyah Ayu Kartika

11 Mar 2022 - 17.45

Data

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi tipis 0,02% atau 1,41 poin menuju level 6,922,6 pada akhir perdagangan Jumat (11/3). IHSG bergerak di rentang harian 6.853,86 hingga 6.922,6 sepanjang perdagangan. 

Tercatat 260 saham menguat, 246 saham melemah dan 174 saham lainnya bergerak di tempat alias stagnan. Sebanyak 20,4 miliar unit saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp14,39 triliun. 

Sektor energi terkoreksi paling signifikan sebesar 0,84%. Sementara, sektor transportasi melejit paling tinggi hingga 3,57%.

Di seluruh pasar, investor asing membukukan aksi jual bersih dengan net sell Rp73,79 miliar. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi yang paling ramai dilepas oleh asing dengan net sell mencapai Rp499,02 miliar. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) pun dilego asing sebesar Rp51,41 miliar.

Di sisi lain, investor asing tercatat paling banyak membeli saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan net buy sebesar Rp148,22 miliar. Menyusul di belakangnya adalah saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) masing-masing senilai Rp130,05 miliar dan Rp71,68 miliar.

Bursa saham Asia terpantau bergerak variatif, sedangkan Wall Street melemah akibat inflasi AS yang semakin tinggi. Pada Februari 2022, inflasi AS tercatat naik sebesar 7,9% (yoy).

Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Angkanya pun melampaui ekspektasi pasar yang memprediksi di angka 7,8%. 

Secara bulanan, inflasi AS tercatat 0,8%. Angkanya juga lebih tinggi dari estimasi pasar sebesar 0,7%. 

Pelaku pasar cukup khawatir bahwa ekonomi AS akan kembali ke periode tahun 1970-an. Kala itu, ASberada dalam salah satu periode ekonomi terburuknya akibat stagflasi.

Dari Benua Biru, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) memilih kebijakan untuk mempertahankan suku bunga acuannya. Namun, ECB mengatakan akan mengakhiri program pembelian obligasi pada kuartal III/2022.

Meski demikian, penghentian pembelian obligasi tersebut harus disertai dengan catatan bahwa indikator perekonomian sudah meyakinkan, salah satunya terlihat dari inflasi. Tidak hanya di AS, negara-negara di kawasan Eropa juga menghadapi hal serupa dan terancam mengalami stagflasi. 

(Baca: Asing Catat Net Buy, IHSG Ditutup Menguat)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags