The Fed Jadi Sorotan, Koreksi IHSG Berlanjut (22 Februari 2023)

Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali mengalami pelemahan untuk hari ketiga pada penutupan perdagangan Rabu (22/2). IHSG terkoreksi 0,92% atau setara 63,44 poin ke level 6.809,97. Pemerintah hari ini merilis data APBN. Namun fokus pasar masih menantikan risalah rapat The Fed.

Dyah Ayu Kartika

22 Feb 2023 - 15.55

Data

Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali mengalami pelemahan untuk hari ketiga pada penutupan perdagangan Rabu (22/2). IHSG terkoreksi 0,92% atau setara 63,44 poin ke level 6.809,97. 

Sepanjang perdagangan, indeks komposit terus bergerak di zona merah dan sempat menyentuh level harian terendah di posisi 6.781,23, sedangkan tertinggi harian pada level 6.875,39. Tercatat 173 saham berhasil menguat, 353 saham parkir di zona merah dan 190 saham lainnya ditutup stagnan. 

Sektor teknologi mengalami penurunan paling signifikan dengan koreksi 2,35%, diikuti sektor kesehatan yang tertekan 1,91%. Kapitalisasi pasar tercatat berada pada posisi Rp9.446,27 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 16,64 miliar unit. Adapun nilai transaksi mencapai Rp8,8 triliun. 

Deretan saham yang banyak ditransaksikan oleh investor antara lain saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencapai Rp584,1 miliar.Saham BBRI terkoreksi 1,24% ke level 4.760. Diikuti saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dengan nilai transaksi Rp504,1 miliar. Saham GOTO melemah 4,13% ke posisi 116. 

Lesunya IHSG terjadi di tengah rilis data anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN pada Januari 2023 yang mencatat surplus. Dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (22/2), Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan APBN mencatatkan surplus sebesar Rp90,8 triliun. 

(Baca: Neraca Pembayaran RI Surplus US$4,7 Miliar pada Kuartal IV/2022)

Angka surplus per Januari 2023 itu setara dengan 0,43% terhadap produk domestik bruto (PDB). Jumlah surplus sebesar Rp90,8 triliun itu juga meningkat dari periode yang sama tahun lalu (yoy) yang tercatat sebesar Rp29,6 triliun atau setara dengan 0,15% dari PDB.

Rilis APBN belum mampu mendorong laju IHSG yang masih terseret sentimen dari global. Saat ini investor tengah menantikan risalah rapat The Fed yang akan dirilis pada 22 Februari 2022 waktu AS. Rilis itu diharapkan memberikan gambaran terkait arah kebijakan suku bunga selanjutnya.

Sementara itu, ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih tinggi di sejumlah negara maju, terutama Amerika Serikat masih membayangi pasar global hingga saat ini. Pasalnya, angka inflasi yang masih tinggi dapat mendorong bank sentral, termasuk The Fed, untuk menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Melihat data inflasi AS pada Januari 2023 yang ada di level 6,4% atau lebih tinggi dari perkiraan pasar di 6,2% dan masih jauh dari target 2% meningkatkan spekulasi The Fed akan tetap mengambil langkah agresif dalam kebijakan moneternya. 

Selain The Fed, ECB juga diperkirakan tetap agresif dengan menaikkan suku bunga acuan 50 bps seiring dengan inflasi di Eropa dan Inggris yang masih tinggi. Pasar masih terus mencermati seberapa cepat inflasi di sejumlah negara maju akan turun untuk menentukan arah kebijakan suku bunga selanjutnya.

(Baca: Indeks Sektoral : 8 Sektor Terkoreksi, IHSG Tetap di Zona Merah)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags