Korupsi menjadi ancaman besar bagi negara karena dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan ekonomi, menurunnya investasi, serta meningkatnya ketimpangan pendapatan di masyarakat. Selain itu, korupsi bisa menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu negara.
Hal tersebut terlihat dari korelasi data indeks persepsi korupsi (IPK) dengan indeks kebahagiaan di 135 negara pada 2022. Dari penyandingan data tersebut, negara-negara yang bersih dari korupsi memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi.
Sebagai contoh, Denmark yang memiliki IPK sebesar 90 poin memiliki skor indeks kebahagiaan mencapai 7,636 poin pada 2022. Begitu pula Finlandia dengan IPK sebesar 87 poin mempunyai skor indeks kebahagiaan sebesar 7,821 poin.
Di sisi lain, negara-negara dengan IPK rendah memiliki skor indeks kebahagiaan yang kecil. Ini sebagaimana dialami oleh Afghanistan, Lebanon, Zimbabwe, Yaman, hingga Venezuela.
Korelasi ini sejalan dengan riset Carmelo J. Leon, Jorge E. Arana, dan Javier de Leon dalam jurnal Applied Economics pada 2012. Riset tersebut menunjukkan bahwa korupsi akan berimbas buruk kepada kebahagiaan dan kepuasan masyarakat, sehingga menimbulkan biaya sosial.
Studi Qiang Li dan Lian An dalam Journal of Happiness Studies pada 2020 juga memperlihatkan bahwa kesejahteraan individu yang meliputi kebahagiaan akan turun 0,23 poin jika pemerintah di suatu negara menjadi lebih korup sebesar 10 poin.
Selain dengan kebahagiaan, DataIndonesia.id melakukan korelasi data IPK dengan indeks pembangunan manusia (IPM) dan produk domestik bruto (PDB) per kapita dari berbagai negara di dunia. Analisis tersebut dapat dilihat dalam laporan DataIndonesia.id bertajuk "Intaian Bahaya dari Memburuknya Korupsi di Indonesia".